Melihat Kondisi PPM Sampit yang Kian Meredup (1)

Pedagang Kian Sepi Pelanggan, Hanya Berharap Perantau di Perkebunan Sawit

bokssss
MAKIN SEPI: Muhri, pedagang pakaian di PPN Sampit menanti pembeli di kiosnya, akhir pekan lalu. (Heny/Radar Sampit)

Kondisi pedagang yang kian memprihatinkan membuatnya harus lebih berhemat mengatur pengeluaran. Muhri terpaksa menghentikan tiga karyawannya dan hanya menyisakan satu orang membantunya berjualan di kios.

Dia tak lagi tinggal di kios yang dulu dibelinya seharga Rp22,5 juta. Sudah sejak beberapa tahun ini dia rela mengontrak kios milik orang lain yang lokasinya lebih strategis, meski harga sewanya mahal, Rp 45 juta per tahun.

Bacaan Lainnya

”Di sini ngontrak saja, karena kios punya saya memang tempatnya kurang begitu strategis, yang ada makin hari makin sepi. Orang lewat pun tidak ada,” ujarnya.

Muhri rela membayar Rp 45 juta per tahun dan retribusi sebesar Rp 400 ribu untuk dua kios demi kelangsungan hidupnya. Belum lagi biaya membayar karyawan Rp 1,5 juta sebulan, biaya listrik Rp 250 ribu sebulan.

Baca Juga :  Dirut PLN Lakukan Inspeksi SPKLU Jalur Mudik, Pastikan 1.299 Unit Siaga Layani Pengguna Mobil Listrik

”Mau bagaimana lagi? Saya sudah setua ini. Mencari pekerjaan baru pun tidak gampang. Tidak bekerja, bagaimana mau menghidupi anak istri?” ucapnya tertegun.

”Pengeluaran harus lebih irit, setiap hari harus bisa menyisihkan Rp125 ribu untuk sewa toko, bayar retribusi, bayar listrik, bayar karyawan sebulan saja itu pengeluaran hampir Rp6 juta. Belum termasuk belanja makan dan setoran belanja modal pakaian,” ujarnya. (***/ign/bersambung)



Pos terkait