Melukis Harapan di Lembar Pendidikan: Kritik dan Solusi untuk Negeri

anisa rahmi fakhriyana, s.pd
Anisa Rahmi Fakhriyana, S.Pd, Mahasiswi Pascasarjana Program Magister S-2 Pedagogi di Universitas Muhammadiyah Malang

Teknologi seperti kelas daring harus dimanfaatkan secara serius, bukan hanya menjadi jargon tanpa tindakan. Di pedalaman Kalimantan, misalnya, pengadaan sekolah terapung atau kelas jarak jauh berbasis teknologi dapat menjadi solusi untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses.

  1. Metode Pengajaran yang Membebaskan

Proses belajar harus menjadi pengalaman yang membangkitkan semangat, bukan tekanan. Guru harus diberdayakan untuk menjadi pemandu, bukan pengontrol. Pendekatan berbasis proyek dan pembelajaran aktif harus diperkenalkan, menciptakan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan eksploratif. Lembar pendidikan bukan lagi tempat menghafal, tetapi arena untuk menemukan diri.

  1. Kurikulum yang Fleksibel dan Berbasis Minat

Kurikulum harus seperti bingkai yang dapat menyesuaikan bentuk karya seni di dalamnya. Pendekatan berbasis kompetensi dan eksplorasi bakat dapat menjadi cara untuk membuat lembar pendidikan lebih bermakna. Setiap anak adalah unik, dan pendidikan harus menjadi kuas untuk menonjolkan keindahan dari bakat itu.

  1. Penguatan Peran Guru

Pendidikan bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk manusia. Guru adalah pelukis utama dalam lembar pendidikan. Mereka harus diberi kesejahteraan yang layak dan pelatihan berkala agar tetap semangat mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter. Tanpa guru, lembar ini hanya akan penuh goresan yang tak berarah.

  1. Kolaborasi Untuk Masa Depan
Baca Juga :  Cinta Kemerdekaan

Lembar pendidikan terlalu besar untuk dilukis oleh satu pihak saja. Pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan individu harus bergandengan tangan untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi adalah kuas yang dapat melukiskan perubahan.

Lukisan Masa Depan

Bayangkan lembar pendidikan yang bersih, penuh warna cerah, menggambarkan mimpi-mimpi besar anak-anak Indonesia. Mereka berdiri dengan percaya diri, siap membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Namun, lembar ini tidak akan berubah jika kita terus membiarkan noda-noda ketimpangan dan birokrasi berkuasa.



Pos terkait