Menelusuri Jejak Iman di Gereja GKE Tertua Sampit 

Maranatha, Simbol Keteguhan dan Sejarah Kekristenan di Tanah Mentaya

gereja GKE maranatha
RUMAH IBADAH: Gereja Maranatha Sampit di Jalan S. Parman merupakan Gereja GKE tertua di Sampit, Rabu (16/4). YUNI/RADAR SAMPIT 

Di bawah langit Kota Mentaya, Berdiri megah sebuah gereja dengan arsitektur khas, dominasi kayu, bentuk segitiga yang menjulang tinggi, serta nuansa tradisional yang berpadu dengan kesakralan suasana rohani.

YUNI PRATIWI, Sampit | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Itulah Gereja Maranatha, gereja tertua milik Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) beralamat di Jalan S. Parman Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Memasuki halaman depan gereja, jemaat disambut oleh patung Yesus yang berdiri dengan tangan terulur, seolah merangkul setiap umat yang datang beribadah.

Sentuhan visual ini menjadi penanda bahwa gereja ini bukan sekadar bangunan, tetapi simbol keteguhan iman dan kasih yang hidup dalam kebersamaan.

Ketua Majelis Resort GKE Sampit, Pdt. Mediorapano, menjelaskan bahwa menjelang peringatan Jumat Agung (18 April 2025) dan Hari Paskah (20 April 2025), mereka melakukan berbagai persiapan, sehingga suasana di Gereja Maranatha menjadi lebih khusyuk.

Baca Juga :  Pengedar Sabu Belakang Eks Golden Sampit ”Dipatuk” Tim Cobra

“Jumat Agung dan Paskah adalah puncak perayaan iman Kristiani. Jumat Agung memperingati penderitaan dan kematian Yesus Kristus, sementara Paskah merayakan kemenangan-Nya atas kematian. Ini esensi dari pengharapan umat Kristen,” ungkap Pdt. Mediorapano saat ditemui Radar Sampit, Rabu (16/4).

Ia kemudian menuturkan sejarah panjang Gereja Maranatha yang tak lepas dari semangat pelayanan dan kebersamaan umat. Kekristenan pertama kali masuk ke daerah Mentaya pada 1924, tepatnya di Desa Kandan, dibawa oleh perantau dari Kapuas. Pelayanan dilakukan oleh para zending yang kemudian mendorong pertumbuhan gereja di wilayah ini.

“Tahun 1937, kesadaran umat untuk memiliki tempat ibadah di Sampit semakin kuat. Maka dibangunlah gereja pertama dari kayu yang sangat sederhana, lalu diresmikan oleh seorang zending bernama Tuan Bekker pada 1939, meski belum memiliki nama saat itu,” terangnya.

Seiring berkembangnya kota dan meningkatnya jumlah jemaat, kebutuhan akan gereja yang lebih representatif muncul. Maka pada 1980, dimulailah pembangunan gereja baru, dan lima tahun kemudian, tepatnya 13 Oktober 1985, Gereja Maranatha resmi diresmikan oleh Bupati Kotim saat itu, HA. Kusnan Daryono.



Pos terkait