Menikmati Becak yang Masih Eksis di Kuala Kapuas

Tiga Hari tanpa Penumpang, Berusaha Tetap Bertahan

becak kapuas
BERTAHAN: Sejumlah pengayuh becak menunggu penumpang di sudut Jalan Tambun Bungai, Kuala Kapuas. (SABRIANOOR/RADAR SAMPIT)

Transportasi becak pernah berjaya puluhan tahun silam. Seiring kemajuan zaman, becak kian ditinggalkan. Namun, sejumlah orang masih bergantung penghidupan dari jasa transportasi tersebut.

SABRIANOOR, Kuala Kapuas | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Di bawah rindangnya pepohonan, sejumlah orang duduk santai di sekitar bundaran kecil Kuala Kapuas, tepatnya di depan Kantor DPRD Kuala Kapuas. Para penarik becak itu menikmati udara segar yang disuguhi pemandangan lalu lintas di jalur itu.

Empat becak yang terparkir di sudut Jalan Tambun Bungai tersebut belum juga mendapatkan penumpangnya ketika hari beranjak terik.

Seorang penarik becak langsung semringah begitu disambangi Radar Sampit. ”Selama tiga hari, baru abang ini penumpang saya,” ucapnya sambil tersenyum.

Perlu uang sebesar Rp50 ribu untuk memanfaatkan tenaga pria bernama Hamsan itu mengayuh becaknya. Dia bersedia mengantar Radar Sampit berkeliling menikmati pemandangan Kota Air, Kuala Kapuas.

Baca Juga :  DPRD Kotim Minta Pemkab Cari Investor untuk Bangun RS Swasta

Dengan sigap pria berusia 45 tahun ini mempersiapkan becaknya. Di atas jalanan beraspal, becak meluncur mulus melintasi potret kehidupan sudut kota.

”Sudah 25 tahun mengayuh becak. Sekarang sepi. Seminggu paling banyak lima penumpang,” tutur Hamsan.

Pria yang menghidupi enam orang anak ini tampak semangat menceritakan profesinya. Dia merupakan satu di antara belasan pengayuh becak yang masih bertahan menggeluti profesinya.

”Sekarang kita lihat. Cari pekerjaan lain susah. Semoga saja ada perhatian pemerintah,” katanya. (***/ign)



Pos terkait