Menjemput Masa Depan Pendidikan Kotawaringin Timur: Membangun Kurikulum yang Relevan, Kontekstual, dan Visioner untuk Satu Dekade ke Depan

rafiqah
Rafiqah, S.Pd. Mahasiswi Pascasarjana Program Magister S-2 Pedagogi di Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun peradaban, dan kurikulum adalah jantung dari sistem pendidikan itu sendiri. Di tengah arus globalisasi, kemajuan teknologi, serta tantangan lokal yang khas di daerah seperti Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, urgensi untuk menata ulang kurikulum menjadi semakin nyata.

Sepuluh tahun ke depan, sistem pendidikan di Kotawaringin Timur harus mampu menjawab tantangan zaman sekaligus mengakar pada potensi lokal. Untuk itu, kurikulum tidak boleh lagi dipandang sebagai dokumen formal yang kaku, melainkan sebagai alat hidup yang terus berkembang.

Hingga saat ini, kurikulum yang berlaku di Kotawaringin Timur masih sangat bergantung pada kebijakan nasional. Meskipun pemerintah pusat telah meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai respons terhadap kebutuhan pembelajaran yang lebih fleksibel, penerapannya di tingkat daerah masih belum optimal.

Kurangnya kesiapan sekolah, minimnya pelatihan guru, dan belum kuatnya dukungan infrastruktur pendidikan menjadi beberapa hambatan utama.

Beberapa tantangan utama yang harus dijawab oleh sistem pendidikan Kotawaringin Timur melalui kurikulum dalam 10 tahun ke depan antara lain:

  1. Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup
Baca Juga :  Pendidikan yang Berkualitas Pilar Utama Kemajuan Politik Bangsa

Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, pendidikan di Kotawaringin Timur harus mulai mengajarkan pentingnya keberlanjutan lingkungan sejak dini.

  1. Transformasi Ekonomi Lokal

Dengan dominasi sektor perkebunan dan kehutanan, ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya bisa bekerja, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru melalui inovasi lokal.

  1. Kesenjangan Digital dan Akses Pendidikan

Di tengah kemajuan teknologi, masih banyak sekolah di wilayah pelosok yang belum memiliki akses internet atau sumber daya digital yang memadai.

  1. Kebutuhan akan Literasi Global dan Kecakapan Abad 21

Siswa perlu dibekali dengan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas yang kuat untuk bersaing secara global, tanpa melupakan nilai-nilai lokal.



Pos terkait