Mengenai informasi itu, aparat kepolisian sampai kemarin belum mengungkapnya. Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Budi Santoso Minggu (4/12) lalu ketika ditanya soal jatah sabu itu hanya mengatakan, masih dalam pendalaman. Namun, berdasarkan keterangan saksi, memang sempat terjadi adu mulut antara korban dengan para tersangka.
Sementara itu, organisasi pemuda Dayak dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng mendesak agar aparat menangkap seluruh tersangka terkait kematian AW. Apalagi korban merupakan salah satu putra daerah yang berstatus aparat penegak hukum.
Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalteng Andri Elia Embang mengatakan, masyarakat adat Dayak Kalteng mengutuk keras peristiwa kekerasan yang menimpa AW hingga meninggal dunia.
”DAD Kalteng mengecam kejadian itu. Sangat prihatin dan menyatakan berduka cita atas meninggalnya salah satu personel Polda Kalteng di kawasan Kampung Puntun. Kami mendesak pelaku yang sudah ditangkap dikenakan sanksi seberat-beratnya dan yang belum agar segera ditangkap,” ujarnya.
Elia menegaskan, jangan sampai ada lagi kekerasan berujung kematian di Kalimantan Tengah. Apalagi terhadap aparat kepolisian maupun masyarakat biasa.
Ketua Forum Pemuda Dayak (Fordayak) Kalteng Bambang Irawan juga mendesak perkara itu diusut tuntas dan menangkap seluruh pelaku yang terlibat penganiayaan hingga berujung pembunuhan terhadap korban.
Seperti diberitakan, personel Aipda AW tewas di kawasan Puntun dengan kondisi mengenaskan, Jumat (2/12) lalu. Korban ditemukan tak bernyawa dengan kondisi penuh lumpur. Jenazahnya terekam dalam video amatir hanya dibawa menggunakan gerobak dan didorong warga sekitar.
Pada tubuh korban terdapat sejumlah luka akibat senjata tajam dan tembakan air softgun. Beberapa peluru bersarang di tubuhnya, di antaranya di telinga dan leher. Setelah peristiwa itu, ratusan aparat kepolisian dikerahkan mengepung Puntun hingga meringkus pelaku. Selain itu, aparat juga menghancurkan bangunan yang digunakan untuk pesta atau transaksi sabu. (daq/ign)