Optimalkan Pengendalian Covid-19 Kotawaringin Barat

Optimalkan Pengendalian Covid-19 Kotawaringin Barat
Ilustrasi.

PANGKALAN BUN – Perkembangan kasus Covid-19 Kabupaten Kotawaringin Barat, Rabu  (09/2/2022) kembali terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 5 orang,  berasal dari Kecamatan Arut Selatan 3 orang, 1 orang berasal dari Kotawaringin Lama dan 1 orang berasal dari wilayah lainnya yaitu yang dinyatakan positif berasal dari daerah di luar Kotawaringin Barat tetapi ditemukan dan dirawat di Kobar.

Akumulasi kasus terkonfirmasi positif sampai saat ini sebanyak 16 orang, 9 orang berasal dari kecamatan Arut Selatan dan 4 orang berasal dari kecamatan Kumai, 2 orang dari kecamatan Kotawaringin Lama dan 1 orang dari wilayah luar Kobar.

Jumlah akumulasi data di Kabupaten Kobar sampai dengan saat ini, terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 6.299 kasus, sebanyak 6.075 orang dinyatakan sembuh dan sebanyak  208 jiwa dinyatakan meninggal dunia, dengan tingkat kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 3,302 persen.

Sayangnya di tengah merebaknya kasus Omicron di Indonesia, Kabupaten Kotawaringin Barat belum dapat mengklasifikasikan jenis virus Covid-19 yang memapar warganya.

Kabid P2P Dinas Kesehatan Kotawaringin Barat, Jhonferi Sidabalok mengakui bahwa kendala yang dihadapi untuk mengklasifikasikan jenis varian terhadap terkonfirmasi positif Covid-19 karena belum adanya laboratorium yang disiapkan di Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  Pondok Istirahat Terbakar, Satu Pikup Jadi Korban

“Kita belum ada pemeriksaan terkait variannya sampai saat ini, karena di Kalteng belum ada laboratorium yang disiapkan, kita masih menunggu kesiapan RS Doris Silvanus,” terangnya, Rabu (9/2).

Meskipun demikian, bila RSDS Palangkaraya sebagai pembina wilayah rujukan sudah siap dengan laboratorium pemeriksaannya dan menerima sampel, maka akan segera dikirimkan untuk diperiksa.

Ia mengaku Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun sudah mengirimkan surat permintaan Reagen pemeriksaan ke Litbangkes namun hingga saat ini belum ada jawaban yang diterima.

Ditegaskannya berdasarkan literatur kemampuan infeksinya (daya tularnya) lebih unggul dibandingkan dengan varian Delta, namun tingkat keparahannya varian Delta lebih berbahaya. “Untuk langkah selanjutnya kita menyesuaikan dengan instruksi dari Dirjen P2P,” pungkasnya.



Pos terkait