Pasir Langka, Proyek Pembangunan di Kobar Terancam Mangkrak

produsen batako
PERLU PASIR: Pekerja pembuatan batako di Kotawaringin Barat kesulitan mendapatkan bahan baku.

PANGKALAN BUN, radarsampoit.com – Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Kotawaringin Barat, Kalteng kesulitan mendapatkan pasir.

Sejumlah pekerjaan yang memerlukan bahan baku ini terpaksa berhenti sementara sambil menunggu pasokan pasir.

Bacaan Lainnya

“Sementara stop dulu kerja, karena kemarin kami pasang keramik, kebetulan pasir habis. Mau pesan belum ada, jadi stop dulu nunggu pasir ada,” ungkap Julianto, tukang bangunan di Pangkalan Lada.

Ia mengaku sudah seminggu ini tidak bekerja karena menunggu pasir.

Hal senada disampaikan Agus, warga Kecamatan Pangkalan Lada yang sedang membangun rumah.

Setelah memasang atap, kini proses memplester harus berhenti karena pesanan pasir yang ditunggu sejak seminggu lalu belum juga datang.

“Kata sopirnya ada razia, makanya tidak berani setor pasir, terpaksa stop dulu ini,” kata Agus.

Selain pekerja bangunan, para pengusaha batako juga mengeluhkan kelangkaan pasir. Pembuatan batako sangat tergantung pada bahan baku pasir selain semen.

Baca Juga :  Ribuan Pelaku Usaha Ikuti Jambore UMKM Wilayah Barat

“Kalau pasir kuning kemarin ada yang berani mengirim, tapi kita perlu pasir putih, katanya belum berani karena masih ada razia,” ujar seorang pekerja batako.

Para sopir truk yang biasanya mengangkut pasir kini juga terpaksa menganggur karena tidak ada bahan yang bisa diangkut.

Mereka mengeluhkan penurunan pendapatan yang drastis sementara kebutuhan sehari-hari tetap harus dipenuhi.

“Kami sangat tergantung pada pengangkutan pasir untuk penghasilan. Dengan kondisi seperti ini, kami benar-benar kesulitan,” ungkap seorang sopir truk.

Proyek pembangunan di berbagai wilayah juga mengalami kendala.

Kelangkaan pasir menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek infrastruktur, baik itu gedung maupun fasilitas publik lainnya.

Hal ini berdampak pada perekonomian lokal karena banyak proyek yang terhenti dan pekerja konstruksi yang bahan baku pasirnya habis terpaksa stop sementara.

Masalah lain yang memperparah situasi ini adalah belum adanya izin tambang galian C.

Proses perizinan yang rumit, membuat banyak pengusaha pasir kesulitan mendapatkan izin, sehingga menghentikan operasinya.



Pos terkait