”Setiap Jumat Pak Eko dan Bu Ida selalu berbagi kebaikan untuk pasien di rumah sakit Ulin. Dari situlah saya kenal dan dibantu beliau. Sampai sekarang kami masih saling berkomunikasi layaknya keluarga. Merekalah yang menginspirasi kami untuk menyediakan rumah singgah di Sampit,” katanya.
Kedua pasutri ini bukan warga yang terlahir dari kalangan atas. Yohanes berprofesi sebagai wirausaha dan istrinya ibu rumah tangga. Entah bagaimana rejeki itu datangnya, meski hidup pas-pasan, keduanya masih bisa menebar kebaikan dengan menyediakan rumah singgah gratis.
Dalam setahun, Yohannes membayar Rp 6 juta untuk menyewa satu unit kos kecil, lengkap dengan fasilitas yang dia sediakan, seperti kasur, kipas angin, dan peralatan dapur. Tak jarang keduanya rela merogoh kocek untuk membantu para penyadang thalasemia yang kesusahan akomodasi, kesusahan urusan administrasi kesehatan, dan lain-lain.
Sudah banyak penyandang thalasemia yang memanfaatkan rumah singgahnya. Bahkan, ada saja pasien selain penyandang thalasemia yang pernah menginap di rumah singgah.
”Sebenarnya rumah singgah ini hanya untuk pasien thalasemia, karena ruangannya yang tidak luas. Hanya cukup untuk menampung 3 pasien dan 3 pendamping saja. Tetapi, ada pasien lain yang memohon untuk menginap. Kami terima, dengan syarat apabila ada pasien thalasemia dari luar Kotim memerlukan penginapan, mau tidak mau kami prioritaskan terlebih dahulu,” katanya.
Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalasemia Indonesia (POPTI) Cabang Sampit Renny mengatakan, akan terus berupaya membantu pasien thalasemia meskipun dengan keterbatasan kemampuan biaya.
”Saya terketuk hati ingin membantu, karena pasien yang sudah didiagnosa mengidap penyakit thalasemia harus menyandang seumur hidup menjalani transfusi darah. Ada yang 2 minggu sekali, 3 minggu sekali dan ada yang sebulan sekali,” ucap Renny.
Sebagai orang tua, dia merasa kebahagiaan hidupnya adalah ketika melihat anaknya tumbuh sehat dan hidup layaknya manusia normal. Dia rela harus berburu darah demi memperjuangkan hidup sang buah hati.