Peluang Hujan untuk Bantu Pemadaman Karhutla Masih Tipis

hujan-ilustrasi
ILUSTRASI.(NET)

Radarsampit.com –  Peluang turunnya hujan yang bisa membantu upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa hari ke depan masih sangat tipis. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit menyebut wilayah Kotim masih mengalami kemarau.

Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Bandara Haji Asan Sampit Rahmat Wahidin Abdi mengatakan, wilayah Kotim masih memasuki kemarau  sejak Juni 2023. Hal itulah yang mempengaruhi intensitas curah hujan dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan.

Bacaan Lainnya

”Dilihat dari peta, puncak musim kemarau memang terjadi sekitar Juli-September. Secara general puncak musim kemarau berada di Agustus, namun tetap waspada untuk wilayah selatan Kotim, terutama Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, dan Pulau Hanaut yang diprediksi puncak musim kemarau justru terjadi September ini,” kata Rahmat, Senin (4/9/2023).

Baca Juga :  Tak Kantongi Visa Haji Resmi, Ratusan Jemaah Indonesia Kena Razia Pemerintah Saudi

Mengenai datangnya musim hujan, BMKG belum merilis peralihan dari kemarau ke hujan. ”Akhir musim kemarau adalah musim hujan. Jika melihat peluang hujan di Kotim, ada peningkatan di Oktober nanti. Ini mungkin bisa menjadi pertanda awal musim hujan. Namun, rilis resmi prediksi awal musim hujan akan kami informasikan kembali nanti,” katanya.

Dia melanjutkan, untuk beberapa hari ke depan  ada potensi kecil terjadi hujan, namun hanya hujan ringan dengan durasi singkat.

Sementara itu, Ketua DPRD Kotim Rinie Anderson mendorong agar pemadaman api di wilayah perkotaan melibatkan semua satuan organisasi perangkat daerah (SOPD).

”Saya melihat amukan api ini sudah luar biasa, khususnya di perkotaan, titik permukiman masyarakat. Kalau sudah kondisi seperti ini, kita harus menanganinya secara luar biasa, di antaranya dengan mengaktifkan lagi tim pembantu di masing-masing OPD, seperti karhutla sebelumnya. Setidaknya untuk menyuplai air kepada tim pemadam di lokasi,” kata Rinie.

Rinie mengaku agak heran dengan maraknya karhutla belakangan di wilayah perkotaan. ”Masyarakatnya setiap hari diberikan pemahaman pencegahan dibanding masyarakat di pelosok desa, tapi kebalikannya, justru di kota ini apinya menggila,” ujar politikus PDI Perjuangan ini.



Pos terkait