SUKAMARA, radarsampit.com – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sukamara M. Yunus menyatakan bahwa dinas menyerahkan sepenuhnya kebijakan sistem pembelajaran kepada sekolah terdampak banjir.
Jika kondisi tatap muka tidak memungkinkan maka diizinkan kegiatan belajar melalui dalam jaringan (daring).
“Sampai saat ini masih satu sekolah di bawah kewenangan kabupaten yang menyampaikan sistem pembelajaran melalui daring karena kondisi sekolah sedang kebanjiran. Ada satu sekolah lagi yang terancam kebanjiran dan belum menyampaikan pemberitahuan,” ujar M. Yunus, Kamis (20/10).
Menurut Yunus, pihaknya mempersilakan pihak sekolah yang terdampak banjir mengambil kebijakan terkait sistem pembelajaran. Namun sekolah diminta berkoordinasi dengan komite sebelum menetapkan kebijakan sistem belajar daring.
“Kami setuju saja jika memang terdampak banjir, namun kami memberikan kesempatan kepada pihak sekolah untuk berkoordinasi dengan komite sekolah terlebih dahulu,” tandasnya.
Sekadar diketahui, hingga saat ini sudah ada dua sekolah terdampak banjir di Kelurahan Padang, Kecamatan Sukamara. Sekolah itu adalah MI Darul Arqam dan SDN 2 Padang.
Akibat kebanjiran, kedua sekolah itu sementara waktu mengalihkan proses belajar mengajar tatap muka dengan dalam jaringan (daring).
“Ketinggian air sudah masuk ke dalam ruangan kelas dan ruang guru. Jadi proses belajar anak-anak melalui daring hingga kondisi air surut dan bisa dilaksanakan tatap muka lagi,” terang salah seorang guru MI Darul Arqam Sukamara Liansi, seraya menyebutkan sistem belajar daring sudah dilaksanakan sejak Sabtu 15 Oktober 2022 tadi.
Sementara itu kondisi yang sama juga terjadi di SDN 2 Padang. Luapan Sungai Jelai telah merendam halaman sekolah dan masuk ke sejumlah ruang kelas.
Dengan kondisi itu, pihak sekolah memutuskan melakukan proses belajar secara daring per hari Rabu (19/10) kemarin. Selama sepekan ke depan akan dievaluasi. Jika kondisi air sudah turun maka pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan kembali.
“Tadi pagi anak-anak masih masuk sekolah, namun dikhawatirkan ada binatang yang masuk seperti ular dan lainnya maka dipulangkan. Apalagi sebagian lantai sekolah keramik dan licin terkena air, khawatir mereka bermain dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” jelas salah seorang guru Indri Lakomi.(fzr/sla)