Perjalanan Budi Wardoyo, Pengusaha Sampit yang Gemar Bernyanyi

Pernah Dibayar Rp25 Ribu Sekali Tampil, Masih Sering Diminta Tampil Menghibur

Budi Wardoyo
HOBI NYANYI: Budi Wardoyo menjalani hobinya hingga sekarang.

”Saya sering tampil diacara pernikahan orang Cina, sehingga mereka requestnya lagu Mandarin. Lama-lama jadi biasa. Tapi, saat zaman Presiden Soeharto, nyanyi berbahasa Mandarin tidak bisa bebas,” ujarnya.

Setelah lulus sekolah, Budi melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia di Surabaya. Ia mengambil jurusan Akutansi angkatan tahun 1989.

Bacaan Lainnya

”Hasil ngamen bernyanyi itu, saya bisa lanjut kuliah pakai uang sendiri. Dari dibayar Rp25 ribu, ada peningkatan jadi Rp1 juta. Karena, kuliah sambil kerja, kuliah sempat keteteran sampai 5 tahun baru lulus,” kata pria yang pada 19 Oktober 2024 ini berusia 56 tahun.

Berprofesi menjadi penyanyi membuatnya terbiasa dengan dunia malam. Budi harus bernyanyi menghibur pengunjung Bar LCC Surabaya mulai 23.30-01.30 WIB dini hari setiap tiga kali seminggu.

”Saya juga rekaman bernyanyi Pop Indonesia dan musik keroncong di TVRI Surabaya,” kata pria berdarah Sunda yang pernah menyanyikan lagu Walang Keke dan masuk nominasi 7 besar dalam Ajang Bagus di Singapura Tahun 1997.

Baca Juga :  Teliti Pengaruh Tour de France ke Tour de Singkarak, Endarman Saputra Raih PhD Sport Management di Lyon

Di tengah kesibukan kuliah dan bekerja, Budi dipertemukan seorang perempuan berdarah Jawa Bugis bernama Siti Zaenab yang kini menjadi istrinya.

”Saya sama istri itu teman sekelas di kampus. Tapi, baru dekat pas lagi ngerjakan skripsi, karena dorongan semangat dari istri, saya bisa lulus bareng sekitar tahun 1994,” kenangnya.

Setelah lulus kuliah, Budi langsung melamar Zaenab dan menikah pada tahun 1995. Keduanya dikarunia dua anak bernama Farhan Rizky Ardiansyah (28) dan Annisa Indah Cahyani 2005 (19).

Setelah menikah, Budi bekerja di PT Pakerin Surabaya perusahaan pabrik kertas selama setahun, lalu pindah kerja di Travel Angkasa Surabaya. Karena, persoalan keluarga, Budi bersama istri dan anaknya memutuskan pindah ke Kota Sampit pada tahun 1996.

”Di Sampit ini saya tidak punya keluarga. Dulu bisa ke Sampit karena diajak istri, ikut ayah mertua di Sampit sampai sekarang jadi orang Sampit,” katanya.

Selama di Kota Sampit, Budi merintis karir sebagai penjual tiket pesawat yang menjadikannya sebagai Direktur di PT Bumi Nusantara Jaya Xpress yang berlokasi di Jalan Usman Harun.



Pos terkait