Jalan takdir manusia tiada yang tahu. Kehidupan sekarang tergantung dari niat awal yang tertanam dimasa lampau. Diiringi tekad dan usaha hingga mengantarkan seorang pedagang roti yang kini aktif menjadi Ketua Takmir Masjid Babussalam.
HENY, Sampit | radarsampit.com
Perjalanan karier Rusdiyanto (45) dimulai pada tahun 2000. Tepatnya setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Dar El Wihdah Sragen sejak 1997-2000.
Setelah kelulusannya, Rusdiyanto kembali ke tanah kelahiran, Kota Sampit dimana ia dibesarkan. Kepulangannya ke Sampit untuk mencari pekerjaan. Ia mengaku tak banyak pengalaman dan kemampuan selain ilmu agama Islam yang ia pelajari selama di pondok.
”Dulu saat kembali ke Sampit enggak punya pengalaman kerja sama sekali, tidak tahu mau bekerja di mana, sampai akhirnya saya melamar kerja jadi tukang oles loyang di Orchid Bakery Jalan HM Arsyad depan Perumnas Pembina,” kata Rusdiyanto, Ketua Takmir Masjid Babussalam, saat ditemui usai salat tarawih, Jumat (22/3/2024) malam.
Saat kerusuhan antaretnis pada 18 Februari 2001, Rusdi sempat mengungsi ke rumah keluarga di Kompleks Sunan Ampel Surabaya hampir setahun.
Di tahun 2002, dia kemudian pindah ke Martapura, kampung istri yang ia nikahi Maret tahun 2000. Di Martapura, dia kembali bertemu pengelola Orchid Bakery, sehingga kembali bekerja di Martapura di Gang Solihin, Kelurahan Sekumpul, Kecamatan Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan.
”Memang takdirnya saya jadi tukang bikin roti. Saat di Martapura, ketemu lagi sama pengelola Orchid Bakery di Martapura dekat kompleks Guru Sekumpul. Jadi, setiap malam Jumat saat Guru Muhammad Zaini masih hidup rutin bikinkan roti untuk hidangan pengajian di sana,” ujarnya.
Tahun 2003, Rusdi memutuskan kembali ke Sampit melamar kerja di Khalida Bakery yang rumah produksinya berada di Jalan Manggis V Blok M. Dari situlah titik awal, Rusdi mengenal Masjid Babussalam yang berlokasi di Jalan Manggis V, Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan MB Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.