SAMPIT, radarsampit.com – Sosok yang akan maju sebagai penantang petahana Halikinnor-Irawati dalam Pilkada Kotim tahun ini perlu modal besar. Biaya politik yang dikeluarkan bisa mencapai Rp20 miliar lebih. Tanpa finansial mumpuni, penantang bakal gampang tumbang.
Hal tersebut disampaikan politikus senior di Kotim, Supriadi. Mantan Wakil Ketua DPRD Kotim ini pernah merasakan kerasnya pertarungan dalam tiga kali pilkada, yakni 2010, 2015, dan 2020.
”Pada intinya memang harus ada duitnya untuk maju, karena logistik untuk perang di pilkada memerlukan itu semua. Jadi, kalau urusan program dan lain sebagainya bisa disusun kemudian,” katanya, Jumat (22/3/2024).
Menurut Supriadi, minimal perlu anggaran Rp20-30 miliar untuk bisa bertarung merebut kursi orang nomor satu di Kotim. Apalagi jika berhadapan dengan petahana, harus memiliki kekuatan berlipat ganda.
Pasalnya, kata Supriadi, petahana biasanya selangkah lebih unggul dibanding penantang. Sebab, petahana memiliki banyak sumber daya. Kondisi itu dialaminya dalam beberapa kali pilkada, ketika bertarung dengan logistik yang minim, akhirnya harus menelan kekalahan.
Adapun mengenai sosok penantang, menurut Supriadi, sejauh ini belum terlihat figur yang serius.
Seharusnya, apabila Pilkada berlangsung November, figur yang memiliki niat maju sudah mulai muncul ke permukaan dan menunjukan eksistensinya.
”Sampai hari ini belum ada yang serius dan berani menjadi penantang petahana. Apakah nanti mungkin petahana tidak ada lawan atau hanya dengan kotak kosong?” kata Supriadi.
Supriadi melanjutkan, figur yang selama ini digadang-gadang untuk jadi penantang ternyata tidak menggalang kekuatan. Baik itu di lintas parrtai politik maupun kalangan akar rumput.
”Belum ada yang serius. Cuma niat ada, tapi kenyataannya di lapangan saat ini tidak ada. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa tokoh-tokoh atau politikus kita cenderung pasif. Apakah ini tanda akan bergaung jadi satu gerbong dengan petahana?” kata Supriadi.
Supriadi mengaku sudah mendorong figur yang selama ini dikenal publik untuk maju bertarung di pilkada. Namun, tidak ada gayung bersambut. Supriadi memahami kondisi itu yang kemungkinan sosok yang diharapkan sudah punya perhitungan untuk berhadapan dengan petahana.