Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramalkan Lesu hingga Akhir 2024, Hal Ini jadi Salah Satu Penyebabnya

pertumbuhan ekonomi
Pengunjung berbelanja produk fashion di DRP Jakarta di Sumarecon Mall Serpong, Tangerang, Senin (29/07/2024). (Hanung Hambara/Jawa Pos)

Sangat jomplang ketika dikaitkan dengan real estate yang hanya tumbuh 2,6 persen secara tahunan. “Pertumbuhan yang kecil ini menunjukkan bahwa konstruksinya untuk infrastruktur yang besar. Bukan untuk perumahan,” imbuhnya.

Bhima menyoroti belanja pemerintah yang turun drastis. Dari tumbuh 19,9 persen di triwulan I 2024, yang kemudian melorot hanya tumbuh 1,42 persen. Meski memang pada saat itu banyak bantuan sosial (bansos) yang dikeluarkan berkaitan dengan pemilu.

Bacaan Lainnya

“Jadi, ada penyesuaian bansos pascapemilu berkontribusi terhadap pelemahan belanja pemerintah. Setelah pemilu, bansos tidak masif lagi,” ujar lulusan University Of Bradford itu.

Dari sisi perdagangan, lanjut Bhima, kinerja ekspor masih positif. Hanya saja kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 21,4 persen. Menurun dibanding triwulan I 2023 sebesar 22,9 persen.

Dia mendorong, pemerintah menunda penerapan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen. Justru menurunkan PPN menjadi 8-9 persen. Mengingat, kondisi ekonomi masyarakat kelas menengah sedang lesu.

Baca Juga :  Dukung Pengembangan UMKM Kotim, Pekan Investasi Sampit Expo Siap Digelar

Sedangkan kelompok atas cenderung untuk menahan melakukan konsumsi secara berlebih. Jika kemudian mengeluarkan uang, mereka cenderung untuk investasi.

Selain itu, proyek-proyek infrastruktur yang sedang digenjot di akhir masa periode Presiden Joko Widodo yang kemudian dilanjutkan oleh Prabowo Subianto harus memerhatikan dampaknya kepada sektor swasta dan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Investasi di sektor industri pengolahan harus saling terhubung dengan infrastruktur.

“Karena terlihat bahwa besarnya belanja untuk infrastruktur belum berkorelasi terhadap peningkatan daya saing di sektor industri pengolahan. Investasi yang lebih berkualitas ini yang kita butuhkan. Karena investasi sekarang semakin sedikit korelasinya terhadap serapan tenaga kerja. Jadi, yang kita butuhkan adalah investasi yang lebih banyak menyerap tenaga kerja,” tandas Bhima.

International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi sebesar 5 persen pada 2024. Sedangkan tahun depan sedikit meningkat menjadi 5,1 persen di tengah beberapa risiko yang perlu diwaspadai.



Pos terkait