Praktik Sertifikat Aspal dan Jalur Titipan Masih Ditemui saat PPDB

ilustrasi ppdb
Ilustrasi PPDB. (jawapos.com)

Terpisah, tujuan PPDB zonasi untuk pemerataan akses dan mutu pendidikan ini dinilai seperti jauh panggang dari api. Sebab, selama tujuh tahun hal itu belum sepenuhnya tercapai.

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengaku belum melihat dampak nyata dari tujuan PPDB zonasi tersebut.

Bacaan Lainnya

”Kami sejak awal dibuatnya kebijakan tentang PPDB zonasi tahun 2017 lalu itu mendukung tujuan mulia dari terciptanya kualitas pendidikan melalui PPDB zonasi ini. Tapi dalam perjalanannya, tujuan mulia untuk memeratakan kualitas pendidikan di seluruh wilayah ini ternyata tidak menemukan capaian yang sesuai dengan yang diharapkan,” ungkapnya.

Tidak tercapainya tujuan tersebut lantaran pemerintah pusat di semua sektor dan pemerintah daerah tidak memiliki koordinasi yang baik.

Selama ini, kata dia, PPDB zonasi itu hanya ditafsirkan atau dipraktekkan sebagai bentuk bagaimana anak-anak itu didekatkan dari sekolah ke rumah atau bagaimana anak-anak bersekolah di sekolah yang dekat dengan rumahnya.

Baca Juga :  Kotim Targetkan Ada 20 Desa Tangguh Bencana

Padahal yang harus dijadikan sebagai dasar pokok untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pemerataan pendidikan adalah pembangunan sekolah-sekolah negeri dengan berdasarkan dua analisis.

Pertama, analisis demografis. Pada poin ini, di daerah-daerah yang jumlah penduduknya besar namun jumlah sekolah negerinya sedikit menyebabkan anak-anak tidak bisa bersekolah karena keterbatasan ruang kelas.

”Seperti Jakarta atau kota Bandung gitu ya. Justru sekolah-sekolah negeri tidak mampu menampung jumlah calon peserta didik. Sehingga anak-anak yang mestinya berhak bersekolah di sekolah negeri itu mereka terlempar,” paparnya.

Di sisi lain, di daerah-daerah pelosok, seperti Gunung Kidul, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bojonegoro, kabupaten Semarang, Kabupaten Blora, bahkan di kota Solo yang terjadi justru banyak sekolah-sekolah negeri kekurangan murid.

”Kenapa? karena akses ke sekolahnya jauh. Sehingga orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah yang dekat dengan rumah. Sebaran sekolah negerinta tidak merata,” paparnya.



Pos terkait