Prostitusi Liar di Kotim Tak Terkendali, Usulkan Eks Lokalisasi Dijadikan Kompleks THM

Bisnis prostitusi terselubung di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) disinyalir tumbuh subur dan tak terkendali
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

SAMPIT – Bisnis prostitusi terselubung di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) disinyalir tumbuh subur dan tak terkendali. Penutupan lokalisasi di Jalan Jenderal Sudirman Km 12 (Pak12) yang dilakukan pemerintah 2017 lalu dinilai sia-sia, karena sejumlah pelakunya tetap menjalankan bisnis itu secara sembunyi-sembunyi.

”Bukan rahasia sebenarnya adanya aktivitas seperti itu. Hanya saja, memang praktiknya secara kucing-kucingan. Selain itu, pengawasan pemerintah juga sangat kurang pascapenutupan lokalisasi itu,” kata Anggota Komisi I DPRD Kotim SP Lumban Gaol, Kamis (13/1).

Bacaan Lainnya

Gaol menuturkan, penutupan sejumlah lokalisasi di Kotim pada 2017 silam memerlukan dana besar. Namun, hal itu akan sia-sia apabila langkah tersebut tak tidak dibarengi pengawasan secara rutin.

”Saya sangat menyayangkan langkah pemerintah yang seolah-olah hanya bisa menutup, tetapi tidak menindaklanjuti supaya lokalisasi itu benar-benar clear. Ini sangat disayangkan, karena informasinya praktik itu tidak terkendali dan malah menyebar hingga ke jalan lingkar Kota Sampit. Bahkan, warung remang-remang digunakan untuk itu,” ujarnya.

Baca Juga :  Bisnis Prostitusi Menggeliat Lagi, Akibat Lama Tak Diawasi

Politikus Partai Demokrat ini menantang Wakil Bupati Kotim untuk kembali turun ke lapangan menertibkan warung remang-remang hingga lokalisasi yang dikabarkan mulai dibuka tersebut. ”Kita tunggu saja aksi pemerintah daerah selanjutnya, dalam hal ini Wakil Bupati Kotim,” kata Gaol.

Lebih lanjut Gaol mengatakan, apabila memang pengawasan sulit dilakukan, ada pilihan agar lokalisasi yang pernah eksis kembali dijadikan kompleks hiburan malam. Hal tersebut dinilai akan memudahkan pengawasan kegiatan di dalamnya. Selain itu, jauh lebih baik dibandingkan apabila dilakukan secara kucing-kucingan.

Apabila dijadikan kompleks THM, lanjutnya, hal tersebut juga bisa mendatangkan kontribusi bagi daerah. Sebaliknya, jika memang mau dibersihkan, harusnya dilakukan secara total.

”Kalau mau bersihkan, bersihkan orang yang di sana masih buka dan mereka yang terdampak penutupan, pikirkan pekerjaannya. Harus berkelanjutan membina mereka dengan baik. Tidak cukup hanya diberi uang begitu saja, karena kalau uangnya habis, mereka pasti akan kembali lagi,” ujarnya.



Pos terkait