Puluhan Desa di Kotim Masih Terendam, Tanggap Darurat Diperpanjang

banjir
SERAHKAN BANTUAN: Wabup Kotim Irawati didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kotim Rihel menyerahkan bantuan untuk warga Desa Bawan, Kecamatan Mentaya Hulu, belum lama ini. (IST/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Banjir yang sempat surut melanda lima kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur, kembali terjadi. Puluhan desa dilaporkan terendam banjir. Masih tingginya ancaman bencana, membuat status tanggap darurat banjir harus diperpanjang.

Kecamatan yang diterjang bencana itu, di antaranya Tualan Hulu, Antang Kalang, Mentaya Hulu, Parenggean, dan Kotabesi. Berdasarkan laporan yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, ada 27 desa yang terendam banjir dengan jumlah 1.793 KK (6.804 jiwa) dan 1.295 rumah terendam.

Bacaan Lainnya

Tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir juga mengakibatkan delapan sekolah, 12 rumah ibadah, dan tiga fasilitas kesehatan kebanjiran.

”Banjir mulai terjadi awal 2 Oktober 2022 lalu. Beberapa desa dilaporkan sudah surut. Di Kecamatan Tualan Hulu tinggal Desa Sebungsu yang masih terendam. Sampai pukul 14.00 WIB, dari 27 desa, tersisa 20 desa yang masih terendam banjir,” kata Rihel, Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Minggu (9/10).

Baca Juga :  Waduh! Kok Bisa Dana Desa Masuk Alokasi Anggaran Pendidikan

Rihel mengatakan, wilayah utara paling sering dilanda banjir yang tidak hanya merendam wilayah hulu, tetapi juga berdampak pada kecamatan di sekitarnya. ”Apabila Kecamatan Tualan Hulu banjir, maka wilayah Parenggean pasti ikut terkena dampaknya,” ujarnya.

Banjir di wilayah utara (hulu) seperti di Kelurahan Kuala Kuayan dan Kecamatan Mentaya Hulu berkisar 47 cm-100 cm. Kemudian, di Desa Hanjalipan ketinggian air berkisar 60-1,5 meter.

Adapun terkait persoalan banjir di Kota Sampit, Rihel memprediksi hal itu disebabkan dataran tanah yang lebih rendah, serta ada beberapa saluran drainase yang tersumbat, sehingga air tidak mengalir lancar sampai ke muara Sungai Mentaya.

”Kalau banjir di kota kemungkinan dipengaruhi drainase yang tersumbat dan dangkal. Permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air laut. Apalagi permukaan air laut hampir satu meter. Ditambah hujan deras dan naiknya pasang air laut, maka dapat memperlambat turunnya air dari hulu ke muara sungai,” katanya.

Melihat pertimbangan kondisi curah hujan yang cukup tinggi yang masih berpotensi rawan banjir, BPBD Kotim memutuskan kembali memperpanjang status tanggap darurat banjir untuk kedua kalinya.



Pos terkait