Raksasa Jalanan Kembali Dempet Di Jembatan Arut

Raksasa Jalanan Kembali Dempet Di Jembatan Arut
DEMPET: Akibat tidak mau saling mengalah dua truk fuso terjepit di tengah badan Jembatan Sungai Arut, Minggu (17/4) (ISTIMEWA/RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BUN – Dua truk fuso yang melaju dari arah berlawanan Kembali terjepit di tengah Jembatan Sungai Arut, perbatasan Kelurahan Baru dan Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Minggu (18/4).

Peristiwa yang terus berulang tersebut, membuat kemacetan baik dari arah Kotawaringin Lama maupun dari arah Pangkalan Bun. Warga yang terjebak macet sempat gusar, lantaran belasan kendaraan roda dua dari dua arah tidak bisa melintas, sementara cuaca panas dan mereka dalam keadaan berpuasa.

Mereka menuding dua sopir truk fuso tersebut egois dan tidak beretika, hanya mementingkan kepentingan mereka tetapi mengesampingkan kepentingan masyarakat.

Padahal jelas, Gubernur Kalteng menegaskan bahwa Jalan Ahmad Shaleh ruas Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama merupakan jalan masyarakat, bukan jalan perusahaan kelapa sawit maupun perusahaan ekspedisi.

“Itu akibatnya kalau tidak mau saling mengalah, harusnya tahu berapa lebar jembatan tersebut dan mampu atau tidak bila berpapasan, kalau memaksa ya begini akibatnya,” keluh Ridwan.

Warga khawatir bila peristiwa serupa terus berulang, sementara masing-masing truk bermuatan lebih dari 10 ton dan bertahan di tengah jembatan dalam kurun waktu yang lama, maka dikhawatirkan jembatan tersebut akan ambrol.

Baca Juga :  Bantah Disebut Pailit, Manajeman BMT BMM Jelaskan Kondisi Sebenarnya

Untuk itu ia meminta kepada Gubernur Kalteng agar menindak tegas para sopir yang membandel, karena saat ini ruas jalan Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama itu didominasi oleh truk fuso bermuatan material, truk tangki CPO, dan truk bermuatan kelapa sawit.

Bahkan setiap harinya selama 24 jam, truk-truk besar dengan muatan melebihi tonase melintas di ruas jalan itu. Belum lagi truk yang parkir di warung remang-remang tepi jalan Kolam.

“Kan gubernur ada mengatakan bahwa jalan ini adalah jalan masyarakat dan bukan jalan perusahaan, tapi faktanya dikuasai oleh armada perusahaan baik sawit maupun ekspedisi, pantas saja jalan rusak terus,” imbuh Sandi. (tyo/sla)

 

 

 



Pos terkait