Serangan buaya yang menimpa warga Desa Babaung, Kecamatan Pulau Hanaut, pada Jumat (4/4) lalu, mengingatkan kembali akan wacana Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menjadikan Pulau Hanibung sebagai salah satu solusi mengatasi maraknya serangan mematikan tersebut.
HENY, Sampit | radarsampit.com
Ganasnya serangan buaya yang kembali menelan korban pekan lalu, jadi perhatian Bupati Kotim Halikinnor. Insiden itu tak lepas dari kebiasaan warga yang kerap beraktivitas di sungai.
”Saya sudah buat surat edaran melalui camat agar supaya masyarakat mengurangi aktivitas pada hari gelap mulai petang malam hari hingga subuh,” ujar Halikinnor, Selasa (8/4).
Serangan buaya tak dapat diprediksi kapan datangnya. Karena itu, pencegahan yang bisa dilakukan saat ini hanya dengan memperingatkan warga agar waspada dan sebisa mungkin tidak beraktivitas di lanting atau tepian Sungai Mentaya. Terutama saat hari sudah gelap.
”Namanya buaya itu binatang buas, melihat manusia dia menganggap itu mangsanya. Malam hari penglihatan kita terbatas, sehingga masyarakat harus waspada dan tidak beraktivitas di pinggir sungai saat malam hari,” ujarnya.
Halikinnor sebelumnya pernah merencanakan Pulau Lepeh jadi tempat penangkaran buaya dan Pemkab Kotim berencana akan menganggarkan dana untuk pemberian makan buaya.
”Dulu ada rencana ingin menganggarkan pengadaan makanan buaya. Maksudnya, naluri binatang kalau sudah kenyang tidak akan mengganggu. Beda dengan manusia, ada manusia yang sudah kenyang, tetap ingin mengambil terus,” ujarnya.
Akan tetapi, rencana itu tak terlaksana. Selain anggaran yang diperlukan besar, tata kelola penangkaran dan lokasi Pulau Lepeh yang menjadi jalur perlintasan kapal, sehingga dapat mengalami gelombang pasang surut, dinilai kurang tepat untuk dijadikan lokasi penangkaran buaya.
”Kami akhirnya merencanakan Pulau Hanibung sebagai Wisata Taman Satwa. Persoalannya, kewenangan ini ada di KLHL dan sampai sekarang izin untuk pengalih fungsi lahan APL menjadi kawasan Taman Satwa belum keluar,” ujarnya.