Sementara itu, anggota DPRD Kotim Sutik meminta Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kotim segera mengambil langkah pencegahan berbagai penyakit akibat asap. Dimulai dari tingkat pelajar dengan cara menyosialisasikan bahaya kabut asap di tingkat sekolah.
”Setidaknya, dengan menyosialisasikan dan memberikan beberapa penerapan cara mencegah dan mengatasi dampak penyakit dari kabut asap ini, para siswa atau siswi tersebut akan menyampaikan ke sanak saudaranya,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, bisa menggandeng TNI dan Polri menyosialisasikan aturan dan hukuman terkait pelanggaran pembakaran lahan atau hutan.
”Ini sudah level bencana yang akan kita hadapi. Jadi, memang harus saling bahu membahu melakukan pencegahan, termasuk memberikan sosialisasi agar semua lapisan masyarakat mengerti. Bukan hanya ISPA, musim kemarau ini mengundang debu di mana-mana. Kita tidak mau ada korban nyawa lagi,” tegasnya.
Sementara itu, di Kota Palangka Raya, amukan api kian menjadi. Sabtu (2/9) lalu, tim gabungan BPBD Kota Palangka Raya melakukan pemadaman lebih dari 10 titik. Rata-rata satu titik api berkobar sangat besar. Membuat petugas kewalahan menangani.
Kondisi demikian berlanjut pada Minggu (3/9). Sampai pukul 19.17 WIB, ada 15 titik api mengepung Palangka Raya.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Palangka Raya Heri Fauzi mengatakan, tim gabungan terus melakukan penanganan karhutla di seluruh wilayah Kota Palangka Raya. Dia meminta masyarakat bersama-sama mencegah kebakaran dan menjaga lingkungannya.
”Titik api memang meningkat. Tetapi, kami terus berupaya maksimal. Kendala kami, minimnya sumber air dan jauhnya lokasi kebakaran, sehingga sulit dijangkau,” katanya.
Sampai September, di Palangka Raya tercatat ada 233 kali karhutla. Paling banyak di Jekan Raya sebanyak 137 kali, Pahandut 38 kali, Sebangau 53 kali, dan Bukit Batu lima kali. ”Sudah ratusan kali dan lahan terbakar mencapai 180 hektare lebih,” ujarnya.
Mengacu prediksi kemarau yang disampaikan BMKG sebelumnya, puncak kemarau sejatinya telah terjadi pada akhir Agustus lalu. Puncak musim yang dimaksud bukan menyatakan kemarau telah berakhir, hanya menunjukkan pada bulan itu tingkat curah hujannya lebih atau paling rendah.