Pesantren Al Huda yang berdiri pada tahun 1989 merupakan pesantren tertua di Kabupaten Kotawaringin Barat. Para santrinya yang berasal dari wilayah Kotawaringin Lama dan sekitarnya banyak menorehkan prestasi hingga tingkat nasional.
KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun | radarsampit.com
Pesantren Al Huda tak hanya menerapkan pembelajaran agama dan mengaji. Pesantren yang terletak di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah ini membekali santrinya dengan keterampilan bidang pertanian dan agribisnis.
Pesantren yang berdiri tahun 1989 dan diresmikan tahun 1991 ini mengajarkan santri memanfaatkan lahan serta menggarap lahan di sekitar mereka. Lahan itu ditanami berbagai jenis sayuran.
Di atas lahan ukuran 40 x 50 meter, mereka menanam sayur-mayur, seperti lombok, sawit, kangkung, dan terong.
Produk hortikultura tersebut mampu menghidupi ratusan santriwan dan santriwati yang 98 persen mondok di pesantren. Puluhan santri lainnya pulang-pergi ke rumah mereka masing-masing.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda Kotawaringin Lama, Gusti Samudra mengatakan, keterampilan bercocok tanam diajarkan kepada santri untuk meningkatkan ketahanan pangan di pesantren. Hal itu karena untuk membesarkan pondok pesantren yang ia dirikan tersebut dari hasil swadaya.
”Untuk hasil produk hortikultura, sebagian besar untuk konsumsi para santri sendiri. Ada juga yang dijual. Kebanyakan yang membeli masyarakat sekitar dan orang tua wali santri,” katanya.
Meski demikian, kegiatan dan pembelajaran keagamaan lebih diutamakan. Seperti di bulan suci Ramadan ini, para santri memperdalam dan menghafal Alquran.
Dia menjelaskan, saat ini santri yang belajar di pondok pesantren Al Huda mencapai 250 orang. Sebanyak 30 di antaranya tidak mondok. Mereka pulang pergi setiap harinya, karena merupakan warga sekitar pesantren.
”Setiap hari selama Ramadan, santri hanya memasak nasi. Tetapi untuk lauk-pauknya, kami yang memasarkan untuk mereka,” ujarnya.
Dia menuturkan, dengan pembiayaan swadaya dan donasi orang tua wali santri yang hanya Rp250 ribu per bulan, mereka cukup tertatih. Terutama kondisi bangunan asrama yang banyak kerusakan.