L yang artinya loyal. Seorang jurnalis harus menjaga loyalitasnya dalam bekerja. A yaitu adaptif. Seorang jurnalis harus mengikuti perkembangan zaman dan digitalisasi yang menjadi suatu keharusan.
“Terakhir K yaitu kolaboratif, bagaimana seorang jurnalis bisa berkolaborasi dengan pemerintah dan termasuk dengan Pegadaian. Karena saya sudah menyebut Pegadaian, saya akan sedikit ceritakan tentang Pegadaian,” ujar Sunaryati dengan dialeg logat Jawanya.
Masyarakat umumnya mengenal pegadaian dengan kata “gadai”. Tak lepas kaitannya dengan masyarakat yang kekurangan dana kemudian menggadaikan barang berharganya seperti BPKB, sertifikat rumah, emas dan lain sebagainya.
“Masyarakat hanya mengetahui pegadaian hanya sebatas tempat untuk menggadaikan barang berharga untuk mendapatkan pinjaman dana. Padahal, logo pegadaian dulu yang kita ketahui adalah timbangan,” ujar Sunaryati.
Logo timbangan diartikan sebagai keseimbangan antara bisnis dan sosial. Pegadaian menghadapi tantangan dan sulit maju karena mengutamakan faktor sosial. Tepat pada hari jadinya yang ke-112, Pegadaian meluncurkan logo baru yang lebih dinamis dan modern dengan tetap mempartahankan logo lama, yaitu timbangan. Bedanya, logo baru menampilkan simbol tiga lingkaran yang saling bersinggungan. Logo baru ini mengisahkan proses perjalanan Pegadaian sebagai institusi yang berada dibawah BUMN yang melakukan transformasi untuk menjawab solusi keuangan yang berpegang pada nilai kolaborasi, transparansi dan kepercayaan.
“Pegadaian sudah lahir pada 1 April 1901 dan pertama kali berdiri di Sukabumi, Jawa Barat. Sejarah sudah membuktikan Pegadaian sampai saat ini masih eksis dan terus berkembang,” ujarnya.
Selain menggadai, PT Pegadaian juga memiliki program pembiayaan. Untuk membantu masyarakat yang kekurangan dana.
“Masyarakat ingin beli motor, mobil, perhiasan bisa datang ke Pegadaian, atau bisa juga memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dari sini masyarakat tahu, Pegadaian tak lepas dari orang yang butuh dana cepat,” ujarnya.