PALANGKA RAYA – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Ahmad Syaifudi mengingatkan satuan pendidikan SMA sederajat menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat saat pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.
Kendati saat ini penularan Covid-19 sudah rendah, namun pihak sekolah tidak boleh mengabaikan protokol kesehatan, apalagi muncul varian Omicron.
”Kebutuhan yang menjadi standar protokol kesehatan harus dipenuhi oleh sekolah. Intinya memacu dengan ketentuan yang dibuat satgas ataupun dari kementerian,” katanya, Kamis (20/1).
Kasus Omicron di Indonesia semakin meluas. Kendati penularan varian tersebut belum masuk Kalteng, namun semua pihak wajib melakukan pemantauan terhadap perkembangan situasi Covid-19 di lingkungan sekolah.
Syaifudi menegaskan, PTM terbatas 100 persen yang saat ini tengah berjalan di semua satuan pendidikan SMA sederajat akan terus dievaluasi sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat kementerian yang dikeluarkan beberapa waktu lalu.
”Misalkan ada klaster sekolah seperti yang terjadi di Jakarta, maka langkah penutupan sementara sekolah sudah pasti dilakukan. Makanya sekolah diminta memantau perkembangan di lingkungannnya,” ucapnya.
Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng telah menyurati seluruh SMA sederajat untuk melakukan pemeriksaan rapid antigen secara acak kepada peserta didik dan guru.
”Kemarin SMA 1 Palangka Raya sudah, hasilnya negatif semua. Kemudian di SMK 1 dan SMA 4 Palangka Raya juga begitu. Di daerah-daerah juga infonya sudah berjalan, dan hasilnya tidak ada laporan temuan kasus positif,” ucapnya.
Selain untuk memastikan tidak ada penularan Covid-19 di sekolah, pemeriksaan sampel secara acak tersebut sekaligus untuk meyakinkan masyarakat dalam hal ini orang tua siswa, bahwa proses pelajar mengajar yang dilaksanakan saat ini betul-betul menerapkan protkol kesehatan yang sangat ketat.
”Virus ini kan tidak terdeteksi, sehingga untuk memastikan sehat dan tidak ada yang tertular, maka harus ada pemeriksaan. Kami sudah minta sekolah-sekolah melakukan ini sebagai salah satu bentuk protokol kesehatan,” pungkasnya. (sho/yit)