Selama Tiga Bulan Tidur di Mobil, Disangka Kiamat Ternyata Masih Selamat

Pengalaman Kerja Kepala KSOP Sampit Mohammad Hermawan Ketika Menjadi Korban Gempa Bumi di Lombok

Mohammad Hermawan
RAMAH: Kepala Kantor Kelas III Sampit Mohammad Hermawan saat ditemui Radar Sampit di ruang kerjanya, Selasa (3/10/2023). (HENY/RADAR SAMPIT)

Setiap pekerjaan tak selalu berjalan mulus. Risiko dan tantangan akan selalu dihadapi di depan mata. Mengemban tanggungjawab menjadi  kewajiban yang harus dijalani. Meskipun harus dihadapkan pada ancaman bencana alam gempa bumi yang bisa saja merenggut nyawa. Itulah pengalaman tak terlupakan yang dialami Kepala KSOP Kelas III Sampit Capt Mohammad Hermawan kala bertugas di Lombok, Nusa Tenggara Barat tahun 2018 lalu.

HENY, Sampit | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Akhir pekan pada Minggu, 5 Agustus 2018, jadi momen tak terlupakan sepanjang hidup Mohammad Hermawan. Masih terekam jelas dalam ingatan Hermawan, ia bersama adik iparnya (laki-laki) sedang berada di Mall Epicentrum Lombok untuk menonton film di bioskop.

”Adiknya istri saya saat itu masih SMA. Malam itu, saya ingat dia ngomong gini, Mas nonton yok. Saya iyakan. Ayo dek kita makan dulu, setelah selesai salat magrib, kami menuju bioskop pesan tiket,” kata Hermawan pada Radar Sampit di ruang kerjanya, Selasa (3/10/2023).

Baca Juga :  Jalur Alternatif Katingan Rusak Berat, Angkutan Berat Diminta Tak Melintas 

Setelah memesan tiket, suara azan berkumandang. Hermawan mengajak adik iparnya untuk bersama salat di Musala kawasan mal. Adiknya memilih menunggu di ruang bioskop dan berniat salat ketika sampai di rumah. Hermawan akhirnya melangkahkan kakinya menuju musala.

Saat sedang salat di rakaat ketiga, getaran disertai guncangan terjadi sekitar jam 18.46 WITA. Salat akhirnya tak selesai, karena imamnya memilih lari menyelamatkan diri. ”Sudah masuk rakaat ketiga, tiba-tiba terjadi gempa. Karena, Imamnya lari, saya dan lebih dari 10 makmum lainnya ikutan berlari,” ucapnya.

Suasana mal kacau. Ratusan orang panik. Kocar-kacir mencari tempat aman. ”Untungnya saat kalut itu, saya masih bisa komunikasi dengan adik saya. Bisa teleponan dan kami bertemu di parkiran. Begitu keluar dari mal, listrik langsung padam. Warga ada yang berlari ke gunung, karena mereka khawatir tsunami,” katanya.

Setir mobil yang dikendalikan Hermawan menuju rumah mertuanya. Setiap 30 detik guncangan terjadi. Seingatnya, gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat selama Agustus 2018 lalu merupakan gempa terbanyak yang mencapai ribuan kali.



Pos terkait