SAMPIT, radarsampit.com – Musim kemarau mulai berdampak dan menimbulkan krisis air bersih di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Selama sebulan lebih masyarakat Kelurahan Samuda Kota dan Basirih Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Selatan mengeluhkan sulitnya memperoleh air bersih.
”Kebanyakan masyarakat kami masih bergantung dengan air hujan dan air sungai. Dari dua kelurahan dan delapan desa di MHS, ada beberapa yang memang kesulitan air bersih, karena belum masuk jaringan pipa PDAM dan hanya mengandalkan air sungai yang sekarang payau, tidak bisa untuk konsumsi,” kata Syahrial, Camat Mentaya Hilir Selatan, Rabu (5/7).
Belum meratanya jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah MHS, membuat sebagian masyarakat kesulitan memperoleh air bersih. Terutama pada musim kemarau.
”Informasi dari Lurah Basirih Hilir, saat musim kemarau, jarang terjadi hujan. Beberapa rumah yang sudah menggunakan air PDAM juga mengeluh, karena air tidak mengalir dalam beberapa hari terakhir ini,” katanya.
Lurah Samuda Kota Sukarno Arif mengatakan, pihaknya telah mengajukan permohonan surat ke BPBD Kotim pada Rabu (28/6) lalu. ”Dua ketua RT kami ada melaporkan masyarakatnya kesulitan mendapatkan air bersih. Saya sudah tindak lanjuti dan ajukan surat ke BPBD sehari sebelum Lebaran. Ternyata, setelah Lebaran Iduladha terjadi hujan. Saya tanyakan lagi ke Pak RT, apakah masih memerlukan, kata mereka masih sangat memerlukan, sehingga BPBD Kotim mendistribusikan air bersih untuk warga kami,” ujarnya.
Dia melanjutkan, krisis air bersih dialami sebanyak 30 kepala keluarga (KK) di wilayah RT 9 dan RT 10. BPBD Kotim telah memasok 4.000 liter air bersih untuk Samuda Kota dan 4.000 liter untuk warga Basirih Hilir. ”Kami ada pengadaan profil, sehingga air bersih itu dipindahkan ke empat profil tank 1.100 liter. Ada yang penuh, ada yang tidak sampai penuh,” katanya.
Sukarno menambahkan, keluhan krisis air bersih sudah dialami warganya selama sebulan lebih. Tepatnya sejak kemarau tiba. ”Warga kami yang terkena dampak krisis air bersih itu di antara pertengahan Jalan HM Arsyad dengan Pantai Kali Mentaya yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Jalan HM Arsyad. Warga di situ memang belum masuk jaringan pipa PDAM, sehingga sehari-hari mengandalkan air hujan dan air sungai. Saat kemarau ini airnya payau, tidak bisa untuk konsumsi,” ujarnya.