Senyum Petani Di Kala Pandemi

Program IGA Selamatkan Ekonomi Ribuan Keluarga

sawit
PICU KEBANGKITAN EKONOMI: M.Aini di kebun IGA miliknya. di Desa Amin Jaya, Kotawaringin Barat Komoditi kelapa sawit yang menjadi penyelamat ribuan keluarga di Kalimantan Tengah yang menjadi binaan dan juga mitra kerja grup usaha PT. Astra Agro Lestari Tbk.

Sempat tak pede menjadi petani kelapa sawit, meski saat itu sawit bukan hal baru lagi. Ternyata semua tampak mudah dan seakan ditunjukkan jalan ketika program IGA dari PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP) menggandengnya.

Selain belum mengenal betul tentang program tersebut, kekhawatiran akan tertipu oleh perusahaan yang akan mengambil paksa lahan rakyat dengan dalih program pemberdayaan sempat menggelayut di benak. Akibatnya, ia nyaris terpengaruh oleh teman-temannya yang justru menjual lahan mereka agar mendapatkan uang secara cepat.

“Saya ada lima hektare, awalnya bimbang sekaligus takut. Sempat hampir saya jual,” kenang Aini.

Namun dengan niat tulus dan berserah diri, akhirnya dia dan 27 orang lainnya memutuskan ikut dengan membentuk kelompok tani Berkah Tani Mandiri.

Kala itu di awal tahun 2008 alat berat diturunkan untuk membuka lahan, semua kebutuhan calon petani diberikan secara lengkap. Mulai dari bibit sawit, pupuk, peralatan pertanian. Tak ketinggalan pula pelatihan dan bimbingan mengelola kebun sawit yang baik dan benar serta ramah lingkungan rutin dilakukan hingga sekarang.

Baca Juga :  Cara Kapolres Kotim AKBP Resky Maulana Zulkarnain Mendekatkan Diri ke Masyarakat

“Lahan tetap milik saya dan kita hanya terikat kerja sama jual beli buah dan pengembalian biaya pembukaan lahan serta perawatan tanaman sampai berbuah,” katanya.

Tiga tahun berselang, sawit mulai berbuah. Masih terpatri dengan jelas di ingatannya,  panen pertama yang didapat kala itu hanya 140 kilogram.

“Panen pertama hanya 1,4 kuintal itu tahun 2011. Saya antar sendiri ke perusahaan. Kini hasil panen rata-rata bisa 8 ton per bulan dan harga sawit saat ini juga cukup lumayan. Alhamdulillah ekonomi keluarga besar saya semakin mapan. Tanggungan ke perusahaan sudah lunas dan guncangan ekonomi akibat pandemi ini bisa kami atasi,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Muhammad Husni (60), pemilik lahan IGA seluas 18 hektare ini juga merasakan dampak luar biasa setelah bergabung dalam program tersebut. “Awal tahun 2008 saya hanya punya lima hektare, namun dari hasil itu saya bisa membeli lahan lagi dan mengikutkannya di program IGA dan kini mampu memiliki lahan yang cukup untuk bekal menikmati hari tua,” katanya, Sabtu (25/12).



Pos terkait