Program IGA ini mulai dijalankan di Kalteng tahun 2003 oleh PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi. Sedangkan PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP) baru menjalankan IGA di tahun 2008. Kini, GSPP memiliki 220 mitra petani dengan luas lahan 443 hektare. Jumlah itu terbagi menjadi beberapa kelompok tani yang tersebar di delapan desa yang berdekatan dengan perusahaan.
“Di tahun 2021 ini, data hingga November kebun sawit IGA di PT.GSPP mampu menghasilkan total panen sekitar 4.894 ton. Dengan harga sawit yang saat ini cukup tinggi di harga stabil Rp 3000 per kilogram maka ada sekitar Rp 14,6 miliar yang berputar di masyarakat. Inilah yang menjadi salah satu penggerak pemulihan ekonomi selama pandemi ini,” ungkapnya.
Sementara itu data yang diperoleh media ini total luasan kebun sawit hasil program IGA yang tersebar di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Lamandau (area Kalteng) tahun 2015 mencapai 5.473 hektare, dengan jumlah peserta 2.116 petani. Lahan itu tersebar di 22 desa. Estimasi panen mencapai 350 ton per hari atau 8.750 ton sawit per bulan (25 hari kerja) dari lahan seluas 5.473 hektare itu.
“Kita hitung dengan harga normal saat ini Rp 3000 per kilogram. Maka total pemasukan para petani mencapai Rp 26,2 miliar per bulan. Dan itu berpotensi lebih besar bila harga naik sesuai dengan kebutuhan pasar,” katanya.
Selain program IGA sawit, perusahaan juga menerima kerjasama atau kemitraan dengan sejumlah desa. Salah satunya Desa Arga Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), jaminan harga tinggi untuk buah hasil perkebunan mandiri para petani menjadi salah satu keuntungannya.
Para petani bisa terlepas dari tengkulak, karena BUMDes dan perusahaan telah bekerjasama dalam hal pembelian replas setoran buah sawit masyarakat. “PT.GSPP ternyata menerima pengajuan kerjasama dengan BUMDes Arga Mulya. Ini menjadi salah satu penyelamat petani agar terlepas dari ketergantungan pada tengkulak,” kata Kepala Desa Arga Mulya, Reno Krisdianto, Senin (27/12)