Sepenggal Cerita Dibalik Megahnya Ikon Palangka Raya

"Kalau Iingin Makan Soto Lamongan, ya ke Jembatan Kahayan"

jembatan kahayan
KULINER: Kawasan kuliner di bawah Jembatan Kahayan, Kota Palangka Raya. Di lokasi itu dapat ditemui sejumlah penjual Soto Lamongan. (Dodi/Radar Sampit)

Hingga akhirnya jalan mulai terbuka ketika pembangunan Jembatan Kahayan dipancangkan. Saat itu ia mencoba peruntungan untuk berjualan lebih pagi, dengan harapan banyak pekerja proyek yang kala itu juga banyak yang berasal dari Jawa ingin sarapan soto.

“Saya lupa pastinya bulan berapa. Tidak mangkal di titik jembatan ini, tapi sedikit agak jauh dari proyek. Alhamdulillah cukup menghasilkan,” ceritanya.

Bacaan Lainnya

Kemudian semua seolah menjadi semakin dimudahkan, ketika jembatan yang pertama kali dibangun tahun 1995 hingga 2001 dengan panjang 640 meter, lebar 9 meter yang terdiri dari 12 bentang dan bentang khusus sepanjang 150 meter di alur pelayaran ini diresmikan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarno Putri pada 13 Januari 2002.

Hingga suatu ketika suami Hj Juwariyah dan sejumlah PKL lainnya diperbolehkan membuka lapak PKL di bawah jembatan itu.

“Selesai diresmikan saya dan sejumlah pedagang makanan lainnya mulai diperbolehkan berjualan di bawah jembatan ini. Saat itu saya mantapkan niat untuk berjualan menetap di bawah jembatan ini. Saya hanya berharap bila rejeki saya di sini maka lancarkanlah, bila bukan di sini tunjukkan jalan lainnya. Dan akhirnya kini banyak yang juga berjualan soto seperti saya,” katanya seolah menegaskan bahwa Jembatan Kahayan merupakan petunjuk untuk mencari soto lamongan di ibukota Kalteng ini.

Baca Juga :  Terbukti Pakai Narkoba, Perwira Polda Kalteng Ini Dipecat

“Kalau ingin makan soto lamongan, ya ke Jembatan Kahayan,” sambungnya sambil terkekeh.

Menurutnya berjualan soto di Jembatan Kahayan bukan hanya sekedar mencari nafkah untuk penghidupan. Badri yang telah berangkat haji dua kali di tahun 2013 dan 2019 ini mengakui dari melapak di bawah jembatan ini hidupnya berasa dilimpahi berkah. Tak hanya memberi kecukupan sandang, pangan hingga papan. Namun juga membuat anak-anaknya mapan.

Salah satu yang menjadi kebanggaannya adalah mampu menyekolahkan anak keempatnya dan membuatnya menjadi anggota Polri. Semua terasa lengkap ketika ia juga mempunya dua menantu yang juga anggota Polri.

“Saya haji dua kali karena jualan soto, kemudian anak terakhir saya Alhamdulillah menjadi anggota Polri, ini semua saya anggap karena barokahnya (berkah) dari Jembatan Kahayan ini,” ucapnya bersyukur sekaligus membanggakan jembatan pembelah Sungai Kahayan yang mulai dibangun di masa Gubernur Warsito Rasman dan rampung saat Kalteng dipimpin Asmawi Agani.



Pos terkait