Suami-Istri yang Berbarengan Menjadi Guru Besar Universitas Airlangga

Belajar Tak Bersamaan karena Ilmu Beda, tapi Tetap Saling Dukung

Suami istri jadi profesor
KESUKSESAN BERSAMA: Prof Hari Basuki Notobroto dan Prof Dwi Winarni setelah pengukuhan sebagai guru besar Unair di Aula Garuda Mukti, Kampus C, Unair, Surabaya (24/4).RAMADHONI CAHYA/JAWA POS

Penelitian Hari Basuki Notobroto berfokus pada optimalisasi statistik rutin terkait pencegahan masalah kesehatan masyarakat, sedangkan Dwi Winarni meneliti histologi hewan dalam eksplorasi spesies teripang lokal. Keduanya berharap hasil riset bisa berdampak luas.

RAMADHONI CAHYA C.W, Surabaya

Bacaan Lainnya

Hari Basuki Notobroto serta sang istri, Dwi Winarni, memilih menjalani karier mereka sebagai pengajar di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, secara mengalir. Tanpa memasang target kapan harus menjadi guru besar, apalagi berbarengan.

Ketika kemudian itu terwujud dan mereka dikukuhkan secara bersama, keduanya hanya bisa bersyukur meski gelar profesor mereka diraih menjelang usia 60 tahun. “Memang tak secepat orang lain, tapi yang penting kami tetap konsisten di tengah beragam kesibukan yang kami jalani,” kata Hari setelah pengukuhan di Aula Garuda Mukti, Kampus C Unair, Kamis (24/4) pekan lalu.

Baca Juga :  Bertengkar Saat Berkendara, Akhirnya Mobil Terbalik di Tengah Jalan Raya

Prof. Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.Kes., dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Biostatistika dan Manajemen Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sedangkan Prof. Dr. Dwi Winarni, M.Si., menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Histologi Hewan Fakultas Sains dan Teknologi.

Selain mereka, ada pula empat orang lain yang dikukuhkan sebagai guru besar Unair. Masing-masing adalah Prof. Dr. Lilis Sulistyorini sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan, Prof. Dr. Prawati Nuraini sebagai Guru Besar Ilmu Herbal Kedokteran Gigi Anak, Prof. Dr. Esti Yunitasari sebagai Guru Besar Ilmu Keperawatan Maternitas, dan Prof. Dr. Yuni Sufyanti sebagai Guru Besar Ilmu Keperawatan Anak.

 

Proses Tak Mudah

Hari mengajukan diri sebagai guru besar pada 2023, disusul oleh istrinya satu tahun kemudian. Namun, proses berikutnya tidak semudah membalik telapak tangan. Salah satunya, mereka harus memastikan penelitian sudah sesuai ketentuan penilai.

“Sempat ada kendala dan kami saling menyemangati. Ternyata suatu ketika SK (surat keputusan)-nya turun bersamaan,” ujar Hari.

Baca Juga :  Menelusuri Jejak Iman di Gereja GKE Tertua Sampit 

Walau riset mereka jauh berbeda, keduanya saling mendukung dan membantu. Misalnya, ketika Dwi meminta bantuan terkait statistik kepada sang suami.



Pos terkait