Menurutnya, banyak faktor yang bisa memengaruhi seseorang nekat mengakhiri hidupnya. Di antaranya, bawaan, lingkungan, pola asuh, dan tekanan. Mental psikologis seseorang bisa tertekan hingga mengalami gangguan kejiwaan berupa depresi.
”Biasanya orang-orang yang bunuh diri mengalami episode depresi, yang ditandai dengan berkurangnya minat terhadap aktivitas yang disenangi, menurunnya produktivitas, hingga paling parah munculnya perasaan tidak berharga yang memicu pikiran mengakhiri hidup,” ujarnya.
Amalia menuturkan, apa pun bisa menjadi pemicu bunuh diri, seperti masalah hubungan, finansial, cinta, dan lainnya. Agar hal itu bisa diantisipasi, masyarakat hendaknya lebih memperhatikan lingkungan sekitar, terutama apabila ada orang yang dikenal menunjukkan perubahan perilaku dan menarik diri dari interaksi sosial.
”Artinya, kepekaan harus ditingkatkan. Semoga tidak ada lagi kasus seperti itu,” katanya.
Lebih lanjut Amalia mengatakan, lingkaran terdekat seseorang, terutama keluarga, bisa menjadi benteng pertama mengidentifikasi munculnya niat bunuh diri. ”Jangan biarkan mereka sendiri dan semakin tenggelam dalam kesedihannya. Orang yang sedang berpikir bunuh diri diajak berkonsultasi dengan ahli yang kompeten demi mengatasi depresinya,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, bunuh diri merupakan tindakan kompleks yang memiliki keterkaitan erat dengan problem psikologis, faktor sosial, biologis, budaya, dan peran lingkungan. Termasuk depresi hingga beban mental.
”Maka itu, lembaga atau pemerintah hendaknya memfasilitasi langkah pencegahan, seperti informasi terkait kesehatan mental dan memperbanyak fasilitas yang dapat diakses masyarakat dalam mengonsultasikan kesehatan mentalnya,” tandasnya. (sos/ign)