Sudah Dilarang, Ternyata Masih Ada Sekolah di Kotim yang Ingin Mengadakan Wisuda

muhammad irfansyah
Muhammad Irfansyah. Kadisdik Kotim

SAMPIT, radarsampit.com – Dinas Pendidikan (Disdik) Kotawaringin Timur (Kotim) secara tegas menyampaikan larangan menggelar acara wisuda bagi seluruh sekolah di jenjang TK, SD, SMP. Namun, masih ada saja sekolah yang mengajukan permintaan untuk mengadakan wisuda.

Kepala Dinas Pendidikan Kotim Irfansyah mengaku masih menerima permintaan dari sejumlah sekolah yang ingin menggelar wisuda. Alasannya, sudah membeli toga dan ingin sekadar berfoto.

Bacaan Lainnya

Namun, disdik tetap melarang segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur wisuda. Larangan ini sejalan dengan Surat Edaran Kemendikbud Ristek Nomor 14 Tahun 2023 tentang kegiatan wisuda di satuan pendidikan anak usia dini, pendidian dasar, dan menengah. Sebab, dengan kegiatan ini membebankan biayanya kepada siswa disekolah itu sendiri

“Sudah kami sampaikan ke semua sekolah, tidak ada istilah wisuda untuk kelulusan anak sekolah, terutama jenjang TK/PAUD yang sering melakukannya. Kami sudah sampaikan ini lewat surat edaran,” kata Irfansyah.

Baca Juga :  Ancaman Covid-19 Masih Tinggi, Pelajar SMA Belajar Daring Lagi

Menurut Irfansyah, wisuda adalah prosesi sakral yang diperuntukkan bagi kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi, bukan untuk jenjang pendidikan dasar. Penggunaan istilah wisuda di jenjang sekolah bisa memberikan kesan keliru bagi anak, seolah-olah itu adalah keharusan di setiap jenjang pendidikan.

Sebagai alternatif, sekolah disarankan untuk menyelenggarakan acara perpisahan sederhana dengan kegiatan simbolis seperti pelepasan topi dan dasi sekolah, yang tetap memberikan kesan istimewa tanpa mengabaikan kesederhanaan.

Selain itu, menjelang akhir tahun ajaran 2024/2025, Disdik Kotim juga mengimbau seluruh sekolah agar tidak menggelar acara perpisahan secara mewah dengan menyewa gedung.

“Kami tidak melarang mengadakan perpisahan, tapi mohon tidak berlebihan. Manfaatkan fasilitas sekolah seperti panggung kreativitas yang sudah tersedia,” tambah Irfansyah.

Langkah ini diambil demi menekan pengeluaran orang tua dan memastikan bahwa pendidikan tetap fokus pada esensi pembelajaran, bukan pada seremoni yang berlebihan.



Pos terkait