Tradisi Memasak dan Berbagi Bubur Asyura Bulan Muharram di Sampit

Proses Masak hingga Tiga Jam, Bubur Ludes Tak Sampai Satu Jam

Bubur Asyura
BERBAGI: Jemaah dan pengurus Masjid Madinatul Al Mubarokah memasak bubur asyura yang dibagikan gratis untuk masyarakat di halaman masjid Jalan A Yani - Iskandar, Rabu (17/7/2024). (HENY/RADAR SAMPIT)

Memasak bubur asyura sudah menjadi tradisi umat Islam. Momen ini diperingati setiap 10 Muharram kalendar Hijriah, sebagai bentuk syukur dan pengingat bagi umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah, terutama pada bulan Muharram.

HENY, Sampit |radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Aroma harum masakan menggoda tercium kuat di ujung Jalan Ahmad Yani – Iskandar. Tepatnya di tepian jalan depan Masjid Madinatul Al Mubarokah yang letaknya berada persis di tepian Sungai Mentaya, Kawasan Ikon Jelawat.

Sekitar 20-an kaum pria yang merupakan jemaah aktif di Masjid Madinatul Al Mubarokah sibuk mengaduk bubur asyura dalam panci ekstra besar berkapasitas 1.500 liter. Panci itu bisa memuat 50 kilogram bubur asyura.

Selama tiga jam, mulai pukul 07.00-10.00 WIB, bubur asyura dimasak menggunakan tungku yang dimodifikasi khusus menggunakan kayu bakar dan dua tungku panci berukuran sedang diolah dengan kompor gas.

Baca Juga :  Alat Berat Dikerahkan ke Lingkar Selatan, Garap Permintaan Perusahaan Soal Ini

Selama proses memasak berlangsung, bubur harus terus diaduk agar tidak gosong. Alat untuk mengaduk juga dibuat khusus berbahan kayu, seperti alat mengayuh perahu.

”Pengadukannya tidak gampang, karena bubur yang dimasak puluhan kilogram. Mengaduknya juga cukup berat, bisa sampai terlipat perut. Yang mengaduk hanya bapak-bapak. Ibu-ibu tugasnya meracik bumbu, sayur, dan mengemas dalam plastik. Selama proses memasak, bubur harus terus diaduk agar di dasar pancinya tidak gosong,” ucap Abdul Malik Seman, Koordinator Seksi Acara Program Peringatan Hari Penting Islam di Masjid Madinatul Al Mubarokah saat diwawancarai Radar Sampit, Rabu (17/7/2024).

Tradisi memasak bubur asyura sudah tahun ke tujuh dilaksanakan di Masjid Madinatul Al Mubarokah. Setiap tahun sekali, tepatnya 10 Muharram, pihaknya masak besar 120-150 kg bubur asyura yang dapat menghasilkan 3.000-5.000 porsi.

”Sesuai kalendar nasional 10 Muharram itu kemarin, untuk peringatan Hari Asyura ini kami mengikuti sidang isbatnya NU yang jatuh pada hari ini, Rabu 17 Juli. Tetapi, untuk ketetapan puasa Ramadan dan Lebaran kami tetap mengikuti pemerintah (kalendar nasional),” katanya.



Pos terkait