Transformasi Pendidikan di Kalimantan Tengah: Menuju Era Digital dan Kesetaraan Pendidikan

galuh
Galuh Putrining Aji, Mahasiswi Pascasarjana Program Magister S-2 Pedagogi di Universitas Muhammadiyah Malang

Transformasi pendidikan di Kalimantan Tengah dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan geliat yang menjanjikan.

Langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, seperti pemerataan akses internet berbasis satelit seperti Starlink, distribusi perangkat pembelajaran digital, hingga penggunaan papan tulis interaktif, merupakan upaya nyata dalam menjawab tantangan geografis dan kesenjangan fasilitas antarsekolah.

Di tengah berbagai keterbatasan infrastruktur dan kondisi wilayah yang tidak selalu mudah dijangkau, kebijakan ini merupakan terobosan yang patut diapresiasi.

Tidak hanya itu, perhatian terhadap kesejahteraan guru melalui subsidi perumahan dan pelatihan yang berfokus pada teknologi pembelajaran juga menunjukkan kesadaran pemerintah daerah bahwa kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru.

Di saat yang sama, program seperti Try Out UTBK gratis dan penguatan materi berbasis teknologi menjadi angin segar bagi siswa, khususnya mereka yang berasal dari daerah tertinggal dan kurang terlayani.

Namun di balik kemajuan yang patut diapresiasi ini, kita juga perlu mengajukan refleksi kritis. Sebab sejatinya, transformasi pendidikan bukan hanya soal menghadirkan kemajuan dalam bentuk infrastruktur dan digitalisasi, tetapi juga tentang seberapa jauh perubahan itu menyentuh aspek yang paling esensial dalam pendidikan: relevansi terhadap kebutuhan zaman, prinsip keadilan dalam pelaksanaannya, serta dampak nyata dalam kehidupan peserta didik.

Baca Juga :  “BUKAN MUSTAHIL EMAS DI UKRAINA BERPINDAH KE ANTARTIKA”

Pertama, digitalisasi pendidikan yang difokuskan pada penyediaan perangkat dan jaringan harus dibarengi dengan pendampingan yang berkelanjutan. Masalahnya bukan hanya tentang ketersediaan alat, tetapi bagaimana alat tersebut digunakan secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

Banyak guru di daerah masih gagap teknologi, belum sepenuhnya memahami bagaimana mengintegrasikan perangkat digital ke dalam strategi pembelajaran yang bermakna. Tanpa dukungan pelatihan yang intensif dan berkelanjutan, papan tulis digital dan akses internet hanya akan menjadi simbol kemajuan, bukan alat transformasi.



Pos terkait