Waspada! Kekeringan Rawan Picu Karhutla

karhut kubu
Penanganan Karhutla di Desa Kubu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar, Sabtu (28/10/2023) (ISTIMEWA/RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Sejak dua pekan terakhir, warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) merasakan kondisi malam hingga pagi terasa lebih dingin dari biasanya. Sebaliknya, pada siang hingga sore cuaca begitu panas.

Kepala Stasiun Meteorologi (Stamet) Bandara Iskandar Pangkalan Bun Nur Setiawan mengatakan, kontra suhu yang terjadi antara malam dan siang merupakan fenomena di musim kemarau yang kerap disebut Mbediding.

Bacaan Lainnya

”Biasanya terjadi pada musim kemarau berkisar 1-2 bulan. jika di Jawa dikenal kondisi Mbediding. Untuk tahun ini, kondisi ini kami prediksi terjadi sekitar sebulan. Untuk itu, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya kondisi kering yang memicu adanya karhutla,” ujarnya, Rabu (17/7/2024).

Menurutnya kondisi tersebut terjadi lantaran angin di wilayah Indonesia umumnya bertiup dari arah timur atau tenggara yang lebih dikenal angin timuran. Angin tersebut dominan dari arah timur membawa masa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia, sehingga tidak mendukung pertumbuhan awan.

Baca Juga :  Kekeringan Melanda, Warga Pangkalan Lada Terancam Kesulitan Air Bersih

Hal itulah yang menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Fenomena itu mengakibatkan pada siang hari terasa begitu panas.

Selain itu, kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan, sehingga cuaca dingin yang terjadi.

Dia juga mengatakan, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi. Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembapan yang lebih rendah.

”Kondisi ini merupakan fenomena umum yang terjadi di Indonesia saat musim kemarau,” katanya. (tyo/ign)

 

 



Pos terkait