Waspada! Sungai Mulai Mengering, Potensi Kebakaran Kebun Rakyat Makin Meningkat

Parit pencegah api
ANTISIPASI KEKERINGAN: Warga membuat tanggul sederhana secara manual untuk mengantisipasi kekeringan di salah satu areal kebun warga di Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga. (RADO/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Mulai surut dan mengeringnya sungai di wilayah Kecamatan Cempaga, membuat warga setempat yang memiliki kebun khawatir. Sejumlah pekebun berharap bisa dibangun sumber air, seperti sumur bor.

Hal itu penting guna mencegah kebakaran hutan dan lahan yang bisa menghanguskan kebun warga.

Bacaan Lainnya

”Kondisi di kebun saya sudah kering. Parit hingga sumur sudah kosong. Bahkan saluran irigasi pun kini sudah surut. Kami berharap di titik seperti ini harusnya ada dibangun sumur bor oleh pemerimntah, karena masih banyak semak belukar yang menjadi langganan api setiap kemarau,” kata Esau, salah satu warga di saluran irigasi Danau Lentang, Desa Luwuk Bunter, Minggu (28/7/2024).

Menurutnya, dengan adanya sumber air, akan mudah untuk mencegah dan menangani titik api yang muncul. Amukan api pun bakal lebih cepat dipadamkan.

”Setiap musim kemarau sejak tahun 2009, belum pernah diperhatikan untuk pembangunan sumur bor. Padahal ini titik yang harusnya disediakan, karena kalau di kebun ini muncul api, maka akan merembet hingga ratusan hektare,” katanya.

Baca Juga :  Tiga Rumah di Palangka Raya Hangus Diamuk Api

Warga lainnya, Mikel, juga gelisah karena air di sekitar kebunnya mulai mengering. Dia bahkan berupaya menggali sumur untuk ketersediaan air.

”Air pasang sudah tidak sampai masuk ke irigasi ini lagi. Seharusnya memang ada dibuatkan sumber air, supaya kami bisa memadamkan api dengan mudah,” katanya.

Meski tidak pernah mengusulkan secara tertulis, lanjutnya, saat kebakaran hutan dan lahan beberapa tahun silam, harusnya pemerintah daerah bisa memetakan wilayah tersebut sebagai salah satu kawasan yang rawan terbakar.

”Saat 2017, di sini hampir semua kebun warga terbakar akibat tidak ada air waktu itu. Kami bahkan harus urunan membeli selang hingga ratusan meter, tapi tidak bisa juga karena kekurangan air,” katanya.

Menurutnya, ancaman karhutla bisa diredam apabila melibatkan warga. ”Kami sebenarnya tidak perlu dibayar untuk menjaga beberaoa radius di sekitar kebun kami. Yang penting ada fasilitasnya, seperti sumur bor. Untuk sumbernya, kalau mesin alkon dan selang, kami bisa urunan membeli,” tegasnya. (ang/ign)



Pos terkait