PANGKALAN BUN – Puluhan warga Kelurahan Baru turun ke simpang empat Jalan Ahmad Yani (Simpang Hastarini) Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Minggu (22/8). Mereka berniat akan menjebol jalan provinsi yang selama ini dinilai menjadi biang banjir yang menggenangi kawasan tersebut.
Emosi warga tersulut lantaran setiap turun hujan dengan intensitas lebat dan dengan durasi lama, kawasan mereka selalu tergenang. Warga menyebut bahwa saluran box culvert yang berada di tengah persimpangan Hastarini mampet, padahal jalur ini menjadi pusat pertemuan air dari berbagai arah. Diduga ada bekas material proyek seperti siring dan tiang-tiang yang tidak dibersihkan pekerja ketika proyek selesai dikerjakan.
Bahkan peningkatan infrastruktur jalan yang dilakukan secara terus menerus di ruas-ruas jalan protokol tidak dibarengi dengan peningkatan drainase sehingga antara jalan dan drainase saat ini tidak sebanding.
Beruntung, emosi warga dapat diredam oleh salah seorang anggota kepolisian dari Polres Kobar yang juga merupakan warga di kelurahan tersebut, sehingga rencana untuk menjebol jalan dan membersihkan secara mandiri box culvert di bawah jalan itu dapat diurungkan.
Setelah melakukan koordinasi, dua unit armada milik BPBD Kobar dengan unit mesin portable dikerahkan ke lokasi pada pukul 08.00 WIB, bersama Damkar Kobar, Tagana, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan Karang Taruna, aparatur kelurahan serta masyarakat setempat bahu membahu berupaya menyemprot box culvert tersebut.
Namun, upaya yang dilakukan selama berjam-jam tersebut tidak membuahkan hasil, sampah bekas material pengerjaan box culvert tidak juga dapat ditembus dengan semprotan air bertekanan tinggi. Genangan air di puluhan rumah di RT 19 dan RT 20 itu juga tidak berkurang, air di saluran sekunder di sepanjang jalan Matnoor juga tidak kunjung surut.
Mengetahui bahwa penyemprotan dari water suplai BPBD tidak juga tembus, akhirnya dua unit armada BPBD diarahkan ke RT 19 Jalan Matnoor untuk menyedot air di saluran sekunder untuk dibuang ke seberang jalan yang masih kering. Salah seorang warga RT 19, Kelurahan Baru, Kecamatan Arsel, Budi menegaskan bahwa kemarahan warga muncul karena aspirasi mereka selama ini terabaikan, sehingga setiap turun hujan dipastikan kawasan mereka terendam banjir.