Angin Kencang Hancurkan Kebun Melon Petani Sampit

kebun
PANEN CEPAT: Petani melon di Jalan Bumi Asri Sampit terpaksa harus memanen lebih cepak kebun melonnya, Senin (30/8).

SAMPIT – Hujan deras disertai angin kencang di Kotawaringin Timur berdampak buruk terhadap petani melon. Batang pohon melon roboh sehingga buah harus dipetik sebelum waktunya panen.

Jefri Herlambang, petani melon di Jalan Bumi Asri, Sampit, mengatakan bahwa  ambruknya batang melon terjadi sekitar lima hari yang lalu saat hujan deras dan angin kencang.

Bacaan Lainnya

“Ada 1500 batang melon yang masih belum waktunya panen banyak yang rubuh. Mau tidak mau harus dipanen,” kata Jefri.

Jefri menjelaskan, buah melon membutuhkan masa tanam hingga panen di kisaran 90-110 hari. Sedangkan, melon yang dipanen  masih berumur 70 hari atau 2 bulan lebih 10 hari.

“Menanam buah melon memang butuh perawatan ekstra. Sangat rawan diterpa angin kencang dan hujan. Perlu banyak tongkat penyangga untuk menopang batang agar tidak roboh,” katanya.

Akibat angin kencang, sekitar 1 ton buah melon dibagikan ke tetangga. Saat dikunjungi Wakil Bupati Kotawaringin Timur Irawati pada Senin (30/8), dia panen lagi melon yang ambruk sebanyak 600 kg.

Baca Juga :  Musim Hujan Diprediksi Berakhir April, Warga Diminta Waspada Angin Kencang dan Petir

”Melon yang masih di pohon tidak rubuh sekitar 300 kg,” kata pria yang sudah bertani selama 15 tahun ini.

Jefri mengatakan, tanaman buah melon baru pertama kali ditanam. Satu sachet bibit melon varietas jumbo dapat menghasilkan 1500 batang.

“Bibitnya dibelikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Ketapang. Ini masih masa percobaan, petani lain juga ada yang mencoba tanam, enggak ada yang sanggup karena memerlukan perawatan ekstra,” katanya.

Untuk 1500 batang melon dapat menghasilkan 2,5 ton melon dengan penghasilan bersih sebesar Rp 12 juta.

“Kondisi normal harga jual dari petani Rp 10 ribu per kg. Karena kemarin kebun saya diterpa angin, harga jual anjlok di kisaran Rp 7 ribu – Rp 8 ribu per kg. Di pedagang harga jual di kisaran Rp 12-15 ribu per kg,” ungkapnya.

Ditanya kerugian, Jefri tak ingin menyebutnya. Dia merasa tak ada ruginya menjadi petani, hanya saja keuntungan menjadi tipis saat melon panen sebelum waktunya.

“Dari segi ukuran sudah ideal rata-rata 4 kg per buah, hanya karena belum waktunya panen, rasanya kurang manis. Dibilang rugi ya enggak seberapa, cuma untungnya tipis saja,” katanya sambil tertawa ringan.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *