Baru mencoba menanam melon dan mendapatkan ujian diterpa angin kencang tidak membuat dia putus asa. Bahkan, Jefri sudah mempersiapkan lahan tanam baru untuk menanam tanaman buah melon seluas dua kali lipat dari sebelumnya.
Ada dua jenis melon yang biasa ditanam petani, yakni melon varietas jumbo dan melon varietas noni. Petani lebih cenderung menanam varietas jumbo dikarenakan lebih aman dari bahaya virus yang biasa membuat daun menjadi kuning dan batang menjadi kerdil.
“Saya rencananya ingin tanam melon varietas jumbo lagi untuk 3000 batang. Letaknya sekitar 50 meter dari lokasi kebun yang sebelumnya. Tanah sudah saya balur dan persiapan tanam. Kemungkinan akhir tahun sudah bisa panen,” kata Jefri, Selasa (31/8).
Dirinya bersyukur mendapatkan bantuan bibit buah melon untuk kedua kalinya dari Dinas Pertanian Kotim melalui PPL Ketapang. “Saya dapat 1 bungkus lagi. Harganya Rp 400 ribu, bisa untuk 1500 batang. Satu sachet lagi saya beli sendiri, karena di Sampit belum banyak yang menanam melon saya tetap semangat menanam melon lagi,” katanya.
Selain menanam buah melon, Jefri memiliki lahan seluas 2 Ha yang ditanami cabai, tomat, terong, timun, aneka sayur-sayuran.
“Kebunnya berbeda-beda. Khusus tanaman hortikultura ada di Jalan Bumi Indah dan untuk sayur-sayuran seperti sawi sendok, bayam, kangkung, kemangi, selada kebunnya di Jalan Bumi Asri di depan rumah saya,” katanya.
Dirinya pun membina para petani lain untuk menanam berbagai jenis tanaman di satu lahan. Seperti terong, timun, dan sayur-sayuran yang masa panennya lebih cepat. Seperti timun membutuhkan waktu 40-50 hari, terong dan tomat masa tanam sekitar 2-3 bulan, sayur-sayuran masa tanam sekitar 20 hari.
“Sebelumnya saya menanam timun karena harganya lagi anjlok Rp 3 ribu per kg dari harga normal Rp 6-7 ribu per kg, akhirnya saya beralih menanam sawi, kangkung, kemangi, bayam. Masa panen lebih cepat, hasilnya bisa mencukupi kebutuhan sehari-sehari. Kalau semua lahan ditanami melon, sudah masa panen lama, enggak makan keluarga saya,” tandasnya.