AWAS!!! Demam Berdarah Masih Jadi Ancaman

Demam Berdarah Masih Jadi Ancaman di Kotawaringin barat
ANCAMAN DBD: Sampah yang muncul ke permukaan akibat air luapan Sungai Arut yang tidak kunjung surut menjadi vektor penyebaran DBD di Kelurahan Raja Seberang, Minggu (31/10) (SULISTYO/RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BUN – Pergerakan kasus Demam Berdarah Deque (DBD) sepanjang tahun 2021 tidak mengkhawatirkan dibanding tahun 2020 silam, namun ancaman penyakit ini masih mengintai warga Kotawaringin Barat.

Terlebih sejak beberapa bulan ini, kondisi ketinggian air di Sungai Arut dan Lamandau masih terbilang tinggi dan bekas luapan air yang masuk ke permukiman belum sepenuhnya surut. Terutama genangan air yang berada di bawah rumah warga.

Beraneka sampah, seperti bekas botol dan gelas air mineral dan minuman ringan yang menumpuk berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes Aegypti.

Untuk diketahui, pada awal tahun 2020  silam di periode Januari hingga Februari saja terdapat 35 orang yang mendapat perawatan di RSSI Pangkalan Bun, jumlah tersebut belum terhitung hingga Desember 2020.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat, Jhonferi Sidabalok mengatakan, sejatinya vektor DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti yang suka bertelur di genangan air yang jernih dan bersih.

“Biasanya sampah yang bisa menampung air saat hujan atau kontainer-kontainer air lainnya sangat bisa menjadi tempat perindukan nyamuk tersebut,” terangnya, Minggu (31/10).

Baca Juga :  Kurang SDM, DPKH Kobar Kewalahan Awasi Pemotongan Hewan Kurban

Menurutnya, sampah-sampah kontainer seperti bekas air mineral dan minuman ringan sangat berpotensi menjadi sarang nyamuk. Untuk itu ia berharap agar masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menggalakan 3 M plus, yaitu menguras, menutup, menyingkirkan atau mendaur ulang sampah, serta plusnya menaburkan bubuk larvasida (Abate),  menggunakan kelambu saat tidur dan menyalakan obat nyamuk.

Diakuinya untuk tahun 2021 ini terjadi penurunan signifikan kasus DBD di Kobar, hingga akhir Oktober 2021 kasus DBD yang terdata hanya 6 kasus. “Selama tahun 2021 ini hanya ada 6 kasus DBD, 1 orang dari Pangkut dan 5 orang dari Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan, jadi tidak ada peningkatan kasus setelah banjir,” pungkasnya. (tyo/sla)

 

 



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *