Awas!!! Serangan Buaya Masih Membayangi

serangan buaya terus terjadi
ILUSTRASI.(NET)

SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit mencatat, rentetan kasus serangan buaya terus terjadi dari tahun ke tahun. Seranyan predator itu masih membayangi warga yang hidup di bantaran sungai di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Berdasarkan data BKSDA Pos Jaga Sampit, pada 2010-2021 per Juni 2021, kasus serangan buaya yang menimpa manusia terjadi sebanyak 42 kali. Sebanyak 26 warga luka ringan, sedang, hingga parah. Kemudian, enam warga lainnya meninggal dunia.

Bacaan Lainnya

”Kasus terbanyak terjadi saat warga sedang beraktivitas di tepian sungai sebanyak 34 kasus, warga mencari kerang 6 kasus, dan faktor karena terjatuh sebanyak satu kasus,” kata Muriansyah, Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, Senin (28/6).

Kasus serangan buaya terakhir terjadi di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga, Senin (7/6). Yelni (33) diserang buaya ketika sedang berwudhu sekitar pukul 04.00 WIB di tepian Sungai Cempaga. Serangan buaya terjadi sebanyak dua kali dan mengakibatkan luka pada bagian sebelah kiri.

Baca Juga :  GAWAT!!! Keselamatan Warga Kian Terancam

”Saya menerima laporan dari Kades Sungai Paring. Menurut keterangan korban, buaya yang menyerang jenis buaya sapit sepanjang dua meter,” katanya.

Setelah mengetahui laporan serangan buaya, Tim BKSDA Pos Jaga Sampit melakukan observasi ke lokasi serangan.

”Dari lokasi kami menemukan ada empat kandang ayam milik warga berada di tepian sungai. Dari informasi nelayan, kemunculan buaya sapit baru pertama kali terlihat. Yang sering terlihat Buaya Muara,” ujarnya.

Terkait kejadian tersebut, Tim BKSDA Pos Jaga Sampit memberikan pengobatan dan pengarahan kepada warga. Sekaligus memasang spanduk imbauan untuk mengurangi aktivitas  pada malam hari.

”Setelah koordinasi dengan kades, kami melakukan upaya pemasangan satu set alat jerat buaya. Kami imbau agar warga Kotim tidak membangun kandang ternak di tepian sungai yang bisa mengundang kedatangan buaya. Kami imbau warga tetap waspada serta menghindari aktivitas di malam hari hingga subuh,” katanya.

Muriansyah menambahkan, kemunculan buaya dapat terjadi karena habitat aslinya dirusak dan mengalami penurunan pakan alami. Karena itu, buaya berpindah wilayah untuk mencari makan.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *