Banjir Kian Parah, Hujan Jadi Kambing Hitam

banjir
MAKIN PARAH: Kondisi banjir susulan yang merendam di beberapa kecamatan bagian Hulu Katingan, Jumat (3/9).

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit Rahmat Wahidin Abdi mengatakan, berdasarkan pengamatan analisis curah hujan dasarian ke III mulai 21-31 Agustus 2021, menunjukkan beberapa kecamatan di wilayah Kotim berkisar antara 100 – 200 mm dengan sifat hujan di atas 200 persen atau di atas rata-rata normal.

”Untuk sifat hujan dapat dihitung rata-rata per dasarian atau per bulan. Jadi, sifat hujan di atas 200 persen itu dapat dikatakan tidak normal apabila nilai perbandingan jumlah curah hujan sejak stasiun BMKG berdiri dengan rata-rata per bulan tiap tahunnya,” katanya.

Bacaan Lainnya

Jumlah intensitas curah hujan dapat terbagi dalam tiga kategori rendah, sedang, dan di atas normal. Kategori rendah mulai 0-50 mm, sedang mulai 50-150 mm, dan di atas normal 150-200 mm.

Baca Juga :  Hulu Sungai Arut Meluap Lagi, Banjir Susulan Bayangi Pangkalan Bun

”Jumlah curah hujan di atas normal itu maksudnya volume curah hujan yang turun sudah di atas rata-rata. Sejak stasiun bediri per Agustus, rata-rata curah hujan 107,8 mm dan di tahun bulan yang sama per Agustus 2021, jumlah curah hujan meningkat menjadi 388,7 mm dibandingkan Agustus tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Diprediksi pada dasarian I September 2021, sifat hujan berada di atas normal dengan jumlah curah hujan sedang dikisaran 50-150 mm. Rahmat menjelaskan, ada beberapa faktor yang mengakibatkan potensi hujan, yakni angin timuran masih mendominasi di wilayah Kotim dan angin di lapisan bawah umumnya bertiup dari timur ke selatan dengan kecepatan berkisar antara 5 – 30 knot.

Selain itu, kelembapan udara lapisan bawah hingga atas cukup basah, lebih dari 70 persen pada pekan ini yang dapat meningkatkan potensi  penguapan atau penambahan massa uap air.

”Indeks labilitas yang cukup kuat ini mendukung proses konvektif. Faktor-faktor inilah yang dapat mengakibatkan potensi hujan meningkat,” jelasnya.

Anggota Komisi II DPRD Kotim Muhammad Abadi sebelumnya mengatakan, banjir di pelosok semakin parah setiap tahunnya. Hal tersebut disinyalir akibat rusaknya hutan  yang jadi penyangga air di daerah itu.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *