”Mungkin ini ujian mas, ya. Padahal kami tidak mengikat mereka dengan biaya tersebut. Biayanya final di Rp 5 juta. Kami juga tidak berniat memberatkan pasien dan kami sudah bertemu baik-baik dengan keluarga pasien,” ujarnya.
Dia juga sempat menyesalkan pemberitaan Radar Sampit pada Selasa (29/9) lalu yang mengungkap masalah itu dengan jelas tanpa ada konfirmasi terhadapnya. Sebagai informasi, Radar Sampit sudah tiga hari belakangan ini berupaya meminta komentar bidan tersebut, namun yang bersangkutan sulit ditemui saat didatangi ke kediamannya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, skandal persalinan itu terjadi karena oknum bidan yang membuka praktik di wilayah Kecamatan Baamang tersebut disebut memasang tarif mencekik terhadap pasiennya. Tak hanya itu, ibu dan bayi yang ditangani sang bidan, harus mendapat perawatan intensif di RSUD dr Murjani Sampit.
Informasi itu berawal dari unggahan warganet di Instagram, Minggu (26/9). Unggahan itu menyebutkan secara lengkap kronologi kejadian yang dialami pasien. Hal yang bikin kaget, tarif yang diminta oknum bidan tersebut mencapai Rp 20 juta. Setelah kasus itu viral, biaya yang dibayar pasien akhirnya turun jauh hingga menjadi Rp 5 juta.
Enggan Berkomentar
Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kotim Mursyidah enggan berkomentar terkait skandal persalinan oknum bidan tersebut. Ketika ditemui Radar Sampit, saat meninjau vaksinasi di Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Kotim, Mursyidah memilih menghindar.
”No komen. No komen. Saya sibuk!” ujarnya sambil menjauh.
Sementara itu, Dinas Kesehatan telah membentuk tim kecil yang terdiri dari Kabid Sumber Daya Kesehatan (SDK), Kabid Layanan Kesehatan (Yankes), Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kotim untuk turun ke lapangan berkaitan dengan kasus tersebut.
Plt Kepala Dinkes Kotim Umar Kaderi mengatakan, tim sudah mulai turun ke lapangan untuk konfirmasi dan klarifikasi. ”Mudah-mudahan dalam waktu dekat tim sudah selesai melaksanakan tugas, sehingga kami dapat data yang lebih akurat,” ujarnya.