Belasan Sekolah di Kotawaringin Barat Terdampak Banjir

sekolah kebanjiran
SEKOLAH KEBANJIRAN: Guru Di Sekolah Dasar di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat saat melakukan pengecekan air yang merendam sekolah mereka, Selasa (14/9) (GUSTI HAMDAN/RADAR SAMPIT)

PANGKALAN BUN – Belasan sekolah yang terdiri dari SD dan SMP yang tersebar di 18 desa dan 9 kelurahan di tiga kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat terdampak banjir luapan Sungai Arut dan Sungai Lamandau. Ketinggian permukaan air yang merendam sekolah bervariatif antara 20 centimeter hingga mencapai lutut orang dewasa. Akibatnya baik halaman dan ruang kelas serta ruang guru terendam genangan air.

Bahkan tidak sedikit perumahan guru yang berada tidak jauh dari sekolah juga ikut terendam air di beberapa desa. Kondisi terparah berada di Desa Rungun dan Kondang di Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Barat Rustam Efendi mengakui bahwa banjir yang terjadi hampir satu bulan ini telah melanda belasan desa dan kelurahan hingga akhirnya juga berdampak bagi kelancaran belajar mengajar, khususnya sekolah dasar di pelosok desa yang telah melaksanakan tatap muka. “Berdasarkan data yang kita terima ada belasan sekolah di satuan pendidikan baik SD maupun SMP yang terdampak banjir,” ujarnya Rabu (15/9).

Baca Juga :  Banjir Arut Utara Meluas Putuskan Jalan Desa 

Ia menyebut sekolah yang terdampak banjir di Kecamatan Kotawaringin Lama yaitu SDN Negeri 1 Kondang, SDN 1 Rungun dan SDN 4 Kotawaringin Hilir. Kemudian di Kecamatan Arut Selatan di SDN 1 Baru, SDN 1 dan SDN 2 Terantang, SDN 1 dan SDN 2 Raja Seberang, SDN 1 dan SDN 2 Desa Kumpai Batu Bawah, serta SDN 1 Mendawai.

Sementara itu untuk Kecamatan Arut Utara hanya di Kelurahan Pangkut yang tidak terdampak, sementara satuan pendidikan hampir semua terdampak banjir. “Untuk SMP di Arsel, yaitu SMP 4 dan SMPN 9 air hampir masuk ruang kelas dan sekolah satu atap Kotawaringin Lama,” bebernya.

Ia menyebut bahwa banjir yang merendam satuan pendidikan di tiga kecamatan tersebut berdampak pada kurang maksimalnya proses pembelajaran.

Sementara untuk sarana dan prasarana yang terdampak seperti lemari, arsip, dan sarpras lainnya diupayakan oleh kepala sekolah di satuan pendidikan untuk dinaikan atau dibuat andang-andang agar tidak terendam. “Meski dalam kondisi bencana alam, saya berharap agar para guru tetap bersemangat melaksanakan tugasnya,” pungkasnya. (tyo/sla)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *