PALANGKA RAYA – Banjir telah melanda hampir di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Tengah. Bahkan, bencana itu berpotensi semakin memburuk karena tingginya curah hujan. Penanganan yang cepat dan tepat diperlukan agar warga yang terdampak tak semakin menderita. Keselamatan warga harus jadi prioritas utama.
Di sisi lain, beratnya penanganan bencana kali juga disebabkan ancaman pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Meski penularan dalam beberapa hari terakhir terus melandai, banjir bisa memperbesar ancaman penularan, karena sebagian besar warga terdampak nyaris tak bisa fokus menjalankan protokol kesehatan.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng bersama pemerintah daerah yang terdampak banjir, berupaya sepenuhnya menangani banjir dengan terus menyalurkan bantuan dan mengevakuasi warga yang rumahnya terendam.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, misalnya, mengirim sebanyak tiga ribu paket bantuan bahan pokok. Terdiri dari beras dan lainnya untuk masyarakat korban banjir.
”Bantuan ini merupakan tahap pertama ditujukan untuk sejumlah kecamatan di Kotawaringin Timur dan akan berlanjut untuk kabupaten lainnya,” kata Sugianto, Senin (6/9).
Sugianto telah menginstruksikan perangkat daerah terkait agar berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota memetakan kondisi banjir se-Kalteng. Hal itu untuk menentukan daerah yang masuk kategori berat dan ringan, sehingga penanganan di lapangan bisa optimal.
Adapun berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, banjir terjadi di 11 kabupaten dan kota. Di antaranya, Kotawaringin Barat, Pulang Pisau, Katingan, Kotim, Gunung Mas, Seruyan, Lamandau, Murung Raya, Sukamara, Barito Utara, dan Palangka Raya.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Herlin Hardi mengatakan, apabila berdasarkan pemetaan pada tingkat kecamatan dan desa/kelurahan, maka banjir terjadi pada sekitar 49 kecamatan dan 250 desa/kelurahan.
”Masyarakat terdampak dilaporkan sebanyak 23 ribu lebih KK dengan jumlah jiwa sebanyak 41 ribu lebih,” paparnya.