Setibanya di posko, Maya ditangani dua perawat. Selama 12 jam lebih wanita itu menunggu pembukaan lengkap. Hingga akhirnya tepat pukul 22.43 WIB, Sabtu (4/9), anaknya yang berjenis kelamin perempuan lahir normal dengan selamat dan dalam keadaan sehat.
”Alhamdulillah, lahir normal dengan selamat. Beratnya 3,5 kg dengan panjang 49 cm,” kata Maya.
Dengan peralatan seadanya, Maya beristirahat selama satu malam di posko sambil memulihkan kesehatannya pascamelahirkan. Keesokan paginya, sekitar pukul 10.00 WIB, Minggu (5/9), Maya bersama keluarganya memilih untuk pulang ke rumah saudara ibunya di Desa Samba Katung.
”Saya tidak pulang ke rumah, karena rumah saya masih terendam banjir. Saya menginap di rumah saudara ibu saya yang memiliki loteng (rumah bertingkat), walaupun di lantai bawah banjir, saya masih beristirahat dengan aman diatas loteng,” katanya.
Perjuangannya belum berakhir. Sehari setelah melahirkan, Maya membawa bayinya pulang menggunakan getek dalam kondisi hujan deras. ”Waktu pulang dari posko menuju ke rumah menyeberangi sungai pakai getek. Saat di tengah sungai, tiba-tiba hujan deras. Arus air bergelombang. Sambil menggendong bayi, saya menutup tubuhnya menggunakan perlak. Ini pengalaman melahirkan di tengah kondisi banjir dan hujan deras yang tidak akan saya lupakan,” ucapnya.
Sementara itu, di hari yang sama, seorang ibu muda bernama Diyah Angraini (19), warga Desa Samba Bakumpai, Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, juga merintih kesakitan. Dia berjuang melahirkan seorang diri tanpa bantuan bidan.
Sebelumnya, Diyah, ditemani suaminya Ifan (20), mencari kelotok selama beberapa jam, namun tak kunjung dapat. Tak sanggup menunggu bidan, akhirnya Diyah melahirkan sendiri dibantu kakaknya, Fitri (25), dan ibunya, Sriyani (50).
”Alhamdulillah, meskipun tanpa pertolongan bidan, bayi laki-laki lahir dengan sehat dan selamat pukul 03.30 dini hari pada Sabtu (4/9). Rencananya saya akan memberi nama Al Banjari. Setelah bayi lahir, suami saya baru mendapatkan kelotok dan sempat kesulitan mencari dalam keadaan gelap tanpa penerangan listrik dan kondisi banjir setinggi 1,5 meter untuk menjemput bidan,” kata Diyah.