Cerita Mistik Mihing Penangkap Ikan dari Kalteng

Cerita Mistik Mihing Penangkap Ikan dari Kalteng
Sejumlah Siswa saat mendengarkan sejarah singkat terkait Mihing penangkap ikan yang dianggap mengandung magic (Mistik) di Museum Balanga, pada kegiatan belajar bersama.(agusfataroni/radarsampit)

Singkat cerita, Bowak pun dibawa ke Lewu Telo dan diperlakukan seperti Raja dan diminta untuk tinggal beberapa lama di sana. Sehingga sampailah saat pengujian kegagahan Bowak. Pada suatu hari dia dijak oleh warga Lewu Telo (dunia Sangiang/kayangan) untuk berburu burung Tingang mengunakan Sipet/Sumpitan, yang ternyata hanya burung Endu/Punai saja menurut kita bangsa manusia. Tetapi menurut bangsa Sangiang adalah Tingang. Dan dengan mudah Bowak menangkap begitu banyak burung tersebut  karena dia sudah terbiasa berburunya di tempat asalnya di dunia manusia ( Pantai Danum Kalunen).

“Dengan beberapa tantangan dan cobaan yang diberikan kepada Bowak, semua dapat dilewati dan dilalui dengan mudah, karena merupakan pekerjaan sehari-harinya di bumi,” tukas Budi.

Apa yang dilakukan Bowak di lewu Telo membuatnya begitu terkenal dan disegani sehingga pada saat ada rencana pembuatan Mihing di Lewu Telo dia tidak dilibatkan karena takut Bowak akan mencuri ilmunya dan nantinya akan dibawa lagi ke Lewu Pantai Kalunen/ Dunia untuk di praktikan.

Baca Juga :  Di Sampit, Pasar Ramadan Tahun Ini Bakal Lebih Meriah

Akhirnya, agar Bowak tidak melihat cara dan bahan pembuat Mihing tersebut,  Sahawung menempatkan Bowak di sebuah tempat yang disebut Sambah gandang Garantung Manah (balai tempat Penyimpanan Musik Gandang Garantung). Disitulah Bowak selama satu hari di tempatkan agar tidak bisa melihat pekerjaan Sahawung dan penghuni Lewu Telo. Tetapi dia masih bisa melihat pekerjaan mereka, kemudian dipindahkan lagi ke Balai Jala Bulau Nihing Langit, atau Balai Jala Bulau Andung Nyahu dan dia berada di situ bersama Raja Singuh Batu, Tuhan Jenjan Liang (Balai milik Patahu). Tetapi Bowak tetap saja bisa melihat pekerjan Sahawung dan Penduduk Lewu Telo. Dan begitu terkejutnya Bowak ketika melihat begitu banyak harta kekayaan seperti balangga, gong, emas, intan dan sebagainya masuk kedalam Mihing tersebut, padalah masih belum jadi dibuat. Maka mengertilah dia guna dari Mihing tersebut dan mengapa orang di Lewu Telo melarang dia melihat  pembuatannya.

“Setelah kurang lebih dari 3 bulan di Lewu Telo akhirnya Bowak kembali diturunkan ke tempat dia berasal. Sesampainya di kampung Bowak kembali mengingat cara dan bahan membuat Mihing tersebut. Pada suatu hari dia pergi kehutan untuk mencari bahan membuat Mihing. Antara lain Kayu Kaja, Tabulus, tawe, banuang, gahung, sangkalemu, kajunjung, Kanaruhung, balawan, sungkup, dan, manggis, Bambu (Puring Humbang, Haur, dan Palingkau), Rotan (uei Bajungan, sigi, dan irit, Tanaman merambat/bajakah : Tengang, dan bajakan Tatau, Batu Gandang, dan Batu Garatung untuk membuatnya,” sambung Budi menceritakan.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *