Humoris dan Penyayang, Sering Berlibur ke Ujung Pandaran jika Pulang ke Sampit

Mengenang Letda Munawir
TINGGAL KENANGAN: Citra Pataha Yuemi, adik ipar dari Letda Munawir, anggota TNI AL yang menjadi korban tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 menunjukkan foto Letda Munawir bersama keluarga, Senin (26/4).(YUNI PRATIWI/RADAR SAMPIT )

”Sempat lima tahun saya di Surabaya. Kakak ipar saya itu di kantor saja. Jam 7 pagi berangkat kerja, jam 4 sore sudah pulang. Itu waktu saya kuliah disana,” tutur wanita kelahiran 1989 ini.

Citra juga tidak mengetahui persis kapan kakak iparnya mulai kembali berlayar. ”Saya juga tak tahu. Mungkin rolling, jadi kembali berlayar,” ucapnya.

Bacaan Lainnya

Di rumah orang tuanya di Jalan Jaya Wijaya Nomor  65, Citra mengatakan, pada hari KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak, dia dihubungi keponakannya dari Surabaya, Aura Aulia Maharani, anak pertama Munawir. Citra yang tidak mengetahui adanya musibah itu, kaget saat keponakannya menelepon sambil menangis.

”Malam-malam keponakan saya menelepon nangis-nangis. Saya kan tak tahu ada berita apa. ’Papah!’ dia bilang. ’Papah sudah enggak ada, hilang kontak.’ Saya tanya ke mana, karena biasa saja kan kalau kakak ipar saya itu berlayar bisa sampai 1-2 bulan. Bahkan, sampai berlayar keluar negeri,” ungkapnya.

Baca Juga :  Oksigen Terbatas, Asap di Dapur Tidak Boleh Menyebar

Mendengar kabar itu, keluarga di Sampit langsung syok. Terlebih musibah hilangnya kapal selam itu sering muncul dalam pemberitaan di televisi. Mendengar kabar itu, keluarga mencoba menguatkan anak dan istri Munawir.  ”Sampai sekarang saja ibu saya masih sering nangis,” ucapnya.

Tadinya, kata Citra, ibunya juga ingin pergi ke Surabaya. Namun, akhirnya hanya ayahnya yang berangkat melihat kondisi ibunya yang masih syok justru akan membuat kakaknya semakin sedih.

”Kakak saya sudah mulai ikhlas dan meminta keluarga di Sampit juga jangan sedih. Nanti kakak di Surabaya kepikiran,” ujarnya.

Sejujurnya, kata Citra, dirinya sampai saat ini masih merasa bingung dengan sebutan almarhum dan ucapan Innalilahi Wainaillahi Rojiun yang ditujukan sebagai tanda bela sungkawa kepada keluarganya.

”Saya juga bingung menyebut almarhum. Saya kirim doa Al-Fatihah saja. Saya juga merasa kakak ipar saya ini belum meninggal, yang penting ada buktinya dulu,” imbuhnya.

”Banyak orang-orang yang mengucapkan belasungkawa dengan mengucapkan Inalillahi wainaillahi rojiun. Saya juga tidak menjawab, karena takut salah, karena berharapnya sampai saat ini pun masih ada,” tambahnya lagi.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *