SAMPIT – Politikus PDI Perjuangan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Ahmad Yani, angkat bicara mengenai kisruh polemik kenaikan tarif PDAM Tirta Mentaya Sampit. Salah satu tokoh penting di balik suksesi pasangan Halikinnor-Irawati saat Pilkada 2020 lalu ini menilai kenaikan tarif yang berujung kegaduhan tersebut disebabkan minimnya sosialisasi dari pihak terkait.
”Mengenai persoalan itu, saya bukan setuju atau tidak, tetapi lebih bagaimana sebelumnya PDAM kurang melakukan sosialisasi kenapa ada kenaikan. Harusnya publik diberikan informasi mengenai alasan kenaikan itu secara transparan,” kata Ahmad Yani, kemarin (28/10).
Dia mencontohkan, kenaikan bisa disebabkan biaya produksi yang juga naik untuk mengolah air baku air bersih. ”Psikologis masyarakat kita harus dipahami. Mereka harus diberikan penjelasan sejelas-sejelasnya, maka saya kira persoalan kenaikan itu jika memang informasinya jelas dan utuh sampai kepada pelanggan, tidak seperti ini persoalannya,” ujarnya.
Dia juga mendorong pemerintah bersama PDAM membuka alasan yang mengharuskan adanya kenaikan tarif kepada pelanggan. Dengan demikian, pelanggan yang notabene adalah masyarakat Kotim bisa memahami dan menerima.
”Bagi yang paham biaya untuk mengolah air itu, persoalannya mulai dari mengambil bahan baku di sungai sampai kepada pengolahan melalui proses air bersih. Itu yang harus disampaikan,” tegas Ahmad Yani.
Menurutnya, kenaikan tarif PDAM merupakan kebijakan yang sulit dan tidak populis bagi kepala daerah. Namun, dia menyakini kenaikan tarif itu tentunya melalui pertimbangan yang matang dan tidak asal-asalan.
”Yang jelas, saya yakin pemerintah daerah tahu mana yang terbaik untuk kepentingan bersama,” tandasnya. (ang/ign)