SAMPIT – Minimnya penerangan jalan dan tak ada rambu lalu lintas di simpang tiga Jalan Kalikasa – Jalan Bukit Lahong, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dikeluhkan warga. Pasalnya, ruas jalan tersebut padat dilewati kendaraan angkutan berat.
“Kendaraan CPO dan truk besar lewat persimpangan sini sering ngebut. Apalagi bawa muatan tinggi, rawan terjadi kecelakaan di simpang tiga sini,” kata Usman, warga setempat saat ditemui Radar Sampit, Sabtu (10/7).
Minimnya penerangan jalan dan tak adanya rambu lalu lintas menjadi faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas. “Tidak ada penerangan jalan di sini. Kalau malam gelap, penerangan cuma dari warung tempat saya sama tetangga di depan, rambu lalu lintas juga tidak ada dipasang,” ungkapnya.
Menurutnya, pemasangan rambu lalu lintas dan penerangan jalan di simpang tiga ruas jalan tersebut sangat penting untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
“Wah kalau sudah dari arah sana sini saling ngebut, dua mobil saling tabrak ketemunya di depan persimpangan ini. Mobil besar juga sering enggak bisa belok, kepala sudah belok, badan mobilnya enggak bisa belok,” tambahnya.
Padatnya lalu lintas kendaraan angkutan berat yang melewati Jalan Bukit Lahong yang menjadi kewenangan provinsi Kalteng tersebut turut menyumbang kerusakan jalan.
“Lurusan sana ke arah sana (Bukit Lahong) itu banyak jalan yang rusak, 100 meter dari sini, ada yang sudah mau ambruk, karena keseringan dilalui kendaraan berbobot besar,” ungkap Koniyem warga setempat lainnya.
Tak hanya itu, minimnya penerangan cahaya pada malam hari membuat barang di rumahnya sering kemalingan.
”Enggak cuma rawan kecelakaan, di sini juga rawan maling. Saya sering kali kemalingan, handphone hilang empat kali, kita tinggal ke Sampit saja barang pada hilang. Kita tinggal kebelakang hilang barang di depan. Makanya saya pindah, beli tanah disini,” ungkap Koniyem.
Koniyem warga perantau asal Pulau Jawa ini terkadang merasa takut dan khawatir tinggal di lokasi tersebut. “Jauh-jauh merantau usaha warung sama bapaknya, tapi ada saja ujiannya. Kadang saya takut dan khawatir juga, kalau malam gelap, kendaraan ngebut, kadang kendaraan motor dimodifikasi dengan suara nyaring, sampai mengganggu ibadah,” ungkap Koniyem yang mengaku sudah tinggal selama 10 tahun di Kecamatan Parenggean.